Skip to main content

Sepuluh dari Sepuluh (ASYIKI AL-QUR`AN, MAIYAH SUBURKAN)

Maiyah adalah hadiah dari Allah, bukan karya kita. Semua kekurangan Maiyah berasal dariku. Kita bersyukur Allah menganugerahkan Cak Fuad dan Syekh Kamba, sebagai Marja’ ilmu kita semua. Tetapi kami bertiga bukan Ulama, Mursyid atau Kiai, sebagaimana beliau-beliau di luar sana. Selama 24 tahun ini kita berkumpul dan hanya berjuang mencintai dan mendekat kepada Allah Muhammad kekasih-Nya, mengikhtiari manfaat hidup. Termasuk buat Indonesia.

Aku Mbah kalian semua adalah manusia biasa, awam dalam hal ilmu keagamaan maupun ilmu modern. Tidak ada padaku ekspertasi bidang apapun. Aku tidak berada di jalur pembelajaran Ulama, Santri maupun para modern scholars. Aku tidak punya sanad ilmu di wilayah tadarrus, ta’lim, tafhim, ta’rif maupun ta`dib. Aku tidak merupakan bagian dari nasab yang perlu diperhatikan. Tidak ada yang anak cucuku bisa andalkan dan harapkan dariku, lebih dari yang sejauh ini Allah
memperkenankan. Apalagi yang menyangkut perkara-perkara besar Indonesia dan peradaban ummat manusia. Hanya kasih sayangku dan kami bertiga kepada kalian, itu pun hanya setetes dua tetes.

Anak cucuku silakan menjawab sendiri: Apakah Allah menitipkan Indonesia kepada kalian dengan dibekali Maiyah, ataukah Allah mem-fadhilah-kan Maiyah kepada kecerdasan dan kebijaksanaan kalian: untuk kalian jadikan manfaat apa, bagaimana dan seberapa luas. Atau disimpan sebagai rahasia di kalbu kalian.

Anak cucuku silakan tampil ke gelanggang persaingan, keunggulan dan kalah menang di luar Maiyah. Tetapi tidak dengan jiwa “adigang adigung adiguna” jika menang, dan tidak dengki, cengeng dan dendam kalau kalah. Tegakkan kemandirian eksistensimu. Kibarkan bendera dan nama jihadmu. Gerakkan da’wah khoir, amar ma’ruf dan nahi munkar, dengan harta benda, tenaga, ilmu, sampai pun jiwa dan nyawa. Maiyah hanya bisa membekalimu cairan dan “glepung”, sampai Allah berkenan “dawuh” yang kasatmata.

Kalau kalian memadatkan gerakan sejarahmu itu dalam pemetaan masalah nasional saat ini: pastikan bahwa tak akan ada perang saudara dan perbenturan horizontal akan terjadi di antara ummat dan bangsamu, yang membuat semakin bertumpuk defisit dan utang-utang sejarah. Ingat juga Maiyah tidak kuasa mengubah silang sengkarut permasalahan Indonesia. Innaka la tahdi man ahbabta walakinnalloha yahdi man yasya. Maiyah tidak mampu mengobati Indonesia dan dunia. Pengobatan itu terjadi hanya jika Indonesia dan dunia dihidayahi Islam oleh Allah, yang bisa juga melalui Maiyah, kemudian Ia memperkenankan kesembuhannya.

Nikmatilah tidak butuhnya dunia dan Indonesia kepada Maiyah adalah anugerah kemerdekaan. Yang melapangkan ruang dan waktu kalian untuk memfokuskan kekhusyukan mengasyiki Al-Qur`an, sebagai bekal untuk menyuburkan Kebun Maiyah, mengkreatifi rezeki mataairnya untuk kalian olah di bidang-bidang ziro’ah, shina’ah, tijaroh, dan apapun yang Allah mem-fadhilah-kan kepada kalian.
Allah menjadwalku berkeliling, melangkah di belakang barisan kalian, dengan nafas tersengal-sengal oleh cintaku kepada ummat manusia, Kaum Muslimin dan rakyat Indonesia.







Comments

Popular posts from this blog

MATI KETAWA CARA REFOTNASI(4)

Seri PadangBulan (87) MATI KETAWA CARA REFOTNASI Bagian 4 ------------------------------------------------------------------------ Jangan Mau Jadi Akar. Kalau Pohon tak Berbuah Blimbing Tidak ada satu forum, jamaah maupun komunitas rakyat yang tidak bertanya dan menggelisahkan soal lahirnya terlalu banyak partai politik dewasa ini. Saya wajib menjawab sebisa-bisanya. "Begini lho, pohon itu kalau tak ada akarnya kan tidak akan tumbuh. Partai yang akar dukungannya dari rakyat tidak mantap, tentu mati sendiri. Kita harus jadi akar pohon yang mana. Lha selama ini Anda-Anda sudah bertemu dengan parpol yang mana?" "Belum ada." "Belum ada parpol yang bertamu ke rumah Anda?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melamar hati rakyat?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melakukan pendidikan politik langsung di kampung Anda ini?" "Belum!!" Selama Orde Baru kebanyakan Anda menjadi akar pohon besar rindang namun tidak ada buah

BANI ZAHID VAN KAUMAN

Setetes makna dari Al-Quran bisa menjadi tujuh samudera ilmu bagi kehidupan kita. itu pun, kalau kita syukuri: La adzidannakum, akan Kutambah lagi, kata Allah. Lebih dari itu, tetes ilmu itu dengan kehidupan kita terus 'bekerja' untuk menjadi ilmu demi ilmu lagi. Sungguh Allah membimbing kita untuk menjadi 'arif (mengetahui) dan 'alim (mengerti), bahkan 'amil, pekerja dari pengetahuan dan pengertian dari-Nya itu. Maka, di hari kedua 'kopi Al-Quran', bertamulah ke rumah kontrakan saya seorang tua yang saleh. Bersepeda, memakai sarung, berpeci, sehat dan penuh senyum ceria. Betapa kagetnya saya! Sudah beberapa bulan ini saya straumatik' terhadap setiap tamu: begitu ada 'kulo nuwun' Iangsung saya merasa akan ditodong, dirampok, diperas . Tetapi kedatangan abah tua ini terasa sebagai embun yang menetesi ubun-ubun saya. Sambil rnenyalami beliau, saya bertanyatanya dalam .hati: "Pantaskah saya mendapat kehormatan ditamui seorang yang sampai usia s

MOHON BERSABAR

Seri PadangBulan (98) MOHON BERSABAR ------------------------------------------------------------------------ Markas Hamas, Padangbulan, Kiai Kanjeng, Cak Nun, (tempat program-program "Shalawat, Bernyanyi, Pendidikan Politik, Jamaah Ekonomi, Silaturahmi Kebangsaan danKemanusiaan" digodog) memohon dengan sangat para pengundang di bawah ini (yang terdaftar sampai 10 Nopember 1998) bersabar menunggu giliran jawaban. Undangan acara-acara terpaksa dimohon kearifannya untuk diskedul seirama dengan effisien dan effektifnya route perjalanan acara Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng. Setiap lingkaran wilayah dirangkaikan menjadi satu putaran, agar mondar-mandirnya Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng tidak terlalu boros waktu dan tenaga. Sehari maksimal 5 (lima) acara yang diperhitungkan pembagian waktunya di suatu lingkaran wilayah yang bisa dijangkau. Yang manusiawi sepertinya cukup 3 (acara) dalam sehari. Contoh terakhir (10 Nopember 1998), acara Cak Nun/Kiai Kanjeng/Hamas di Undip, kemudian IAIN &qu