Skip to main content

Posts

Showing posts from 2007

Tempurung- Tempurung Jahat

Koran SINDO, Jum'at, 21/12/2007 UNTUK tulisan ini saya akan mengutip ayat Tuhan, tapi tidak ada hubungannya dengan identitas saya.Benar-benar tidak penting siapa seseorang, apa jabatan, atau status sosialnya. Dunia akhirat yang terpenting adalah apa yang dia lakukan untuk orang banyak, dicatat atau tidak, diketahui atau tidak, dipuji atau tidak, mendapat award atau tidak, memperoleh tanda jasa atau tidak. Juga karena Tuhan berfirman tidak khusus kepada umat-Nya dengan identitas tertentu. Nabi dan rasul pun cuma dilewati untuk disampaikan kepada semua jin dan manusia. Memang dalam pemahaman budaya selalu disebut "nabi mendapat wahyu", tapi maksud sebenarnya adalah Tuhan memberi guidance kepada semua makhluk-Nya melalui nabi, tepatnya melalui Rasul. Sebab Nabi,dengan nubuwwat, tidak memperoleh license untuk membimbing umat manusia sebagaimana Rasul dengan Risalat. Ayat ini saya pilih tidak untuk berdakwah, bertablig atau untuk "tulisan religi" atau ap

Buang Angin dan Ludah 2009

Koran SINDO, Jum'at, 14/12/2007 SOBIRIN terperosok masuk sumur.Lebih akurat rasa bahasanya dalam Jawa: kejeguratau kejebur sumur. Bahasa Indonesia mengadaptasinya menjadi "tercebur", tapi secara tata bahasa itu dipaksakan. Alhasil, Pak Sobirin harus ditolong, para tetangga beramai- ramai mengupayakan berbagai cara untuk mengentaskan beliau dari dasar sumur yang sangat dalam itu. Ributlah seluruh kampung siang itu. Tetapi itu tak cukup.Ada keributan yang lain.Di beberapa rumah berlangsung juga keriuhan banyak orang karena rumah-rumah itu adalah posko tim sukses beberapa calon lurah.Keributan di sumur Sobirin bahkan sebenarnya dikalahkan oleh riuh rendah posko-posko. Bahkan ketika orang-orang di sekitar sumur ribut panik dan teriak satu sama lain untuk menolong Sobirin, lewatlah rombongan kampanye calon lurah. Sungguh dinamis dan hangat suasana demokrasi di kampung itu.Yang segerombolan sibuk mengerjakan tugas kemanusiaan menolong orang tercebur sumur, sejumlah

Bakri Lebih Kaya dari Nabi Sulaiman

Surya, Sabtu, 15 Desember 2007 Lupa tahun berapa. Pak Harto masih berkuasa. ABRI dan Golkar sedang kuat-kuatnya. Menteri Agama waktu itu Pak Tarmidzi Taher, Pangdam Jatim Pak Hartono Banyuanyar Madura, Gubernur Jatim mungkin Pak Basofi Sudirman. Seingat saya ketiga beliau hadir di BPPM Pondok Gontor Ponorogo siang itu bersama Bambang Tri Hatmojo boss Bimantara. RCTI meliput acara itu untuk siaran tunda, dipimpin langsung oleh direkturnya: Andy Ralli Siregar. Waktu itu RCTI masih sempit wawasan dan pengalaman pasarnya, sehingga menyangka saya dan KiaiKanjeng layak tayang. Kesempitan wawasan itu segera dibayar dengan pernyataan pengunduran diri sang Direktur hanya beberapa puluh menit sesudah saya dan KiaiKanjeng naik panggung. Pasalnya, beberapa menit saya di panggung, saya dikasih kertas kecil berisi peringatan agar saya hati-hati bicara terutama karena ada anaknya Pak Harto. Maka saya benar-benar sangat berlaku hati-hati. Saya mengangkat tangan kiri dengan hati-hati, tel

Tidak. Jibril Tidak Pensiun

Hanya kualitas sorang Nabi yang sanggup me­nampung wahyu, dan Allah memang hanya berkenan memberikan wahyu kepada beliau-beliau yang terpilih. Sampai akhirnya Muhammad si Pamungkas. Selebihnya hanya ada wahyu kraton: suatu tema drama politik. Maka anak-anak suka bersenda gurau bahwa Jibril sejak abad VII Masehi itu jadi penganggur. Pensiun abadi. Ada yang mebantah dengan mengemukakan bahwa Jibril tetap being employed karena para wali atau orang-orang dengan 'radar suci' setingkat mereka tetap menerima karomah, sementara orang-orang biasa kayak kita tetap juga memperoleh ilham. Tidak, kata yang lain. Untuk takaran di bawah wahyu tak diperlukan Jibril. Untuk pekerjaan-pekerjaan kecil begitu Allah tak memerlukan organisasi birokrasi, tukang-tukang pos atau agen penyalur. Allah bisa cukup bilang Kun (fa-yakuun) untuk ke­pentingan apa pun saja. Alangkah samar pembicaraan semacam ini. Tak ada kerangka metodologi penelitian model manapun yang bisa menyentuhnya. Tak tersed

Mungkin kita bisa menapak ke depan

Mungkin kita bisa menapak ke depan Menguak kabut itu bersamamu, menata kembali ruang Sambil terus berunding dengan waktu. Dan badai. Tentu, badai itu pasti menyongsong Tapi coba kita lunakkan, kita lembutkan Dengan sabar dan shalat Kemudian atas kerjasama yang baik dengan Tuhan Kita mohonkan agar tantangan itu diperkenankan Menjelma jadi rahmat dan kegembiraan Jaman yang berganti-ganti dan tak masuk akal Perjuangan berputar-putar, tak jelas maju mundurnya Topeng-topeng berubah-ubah, tak tahu mana ujungnya Memberiku kewajiban kemakhlukan, kewajiban persaudaraan Kewajiban sesamawarga suatu negeri Sesama anggota suatu masyarakat. Terlebih-lebih karena kewajiban cinta uluhiyah dan kemesraan kemanusiaan Membuatku terpojok dan berpikir untuk menapak ke depan Bersamamu. Tapi mungkin juga tidak Segala sesuatunya bergantung pada ketetapan hatimu Aku akan membisikkan sesuatu ke telingamu Akau akan langkahkan kaki dan gerakkan tanganku bersamamu Bisikan pertama sebelum bersama kita t

Buron dan Kambing Terjepit

SINDO, Jum'at, 07/12/2007 "CAK,aku bukan buron.Semua kewajiban saya kepada keuangan negara sudah saya bayar. Bersama ini saya kirimkan berkas-berkas data yang membuktikan hal itu. Saya numpang hidup sementara di luar negeri memang karena saya lari, tetapi bukan lari sebagai buron, meskipun pengetahuan publik terhadap saya adalah buron." "Saya lari dari para pemeras, dari mereka yang berlagak menegakkan hukum, tetapi sesungguhnya mengail di air keruh. Memeras kami sekeluarga terusmenerus, dari hari ke hari, siang dan malam. Aku lemah, sekarang istri saya yang menghadapi pemerasan-pemerasan itu tiap hari." "Kalau Pak Presiden menjamin bahwa saya, keluarga, dan perusahaan-perusahaan saya aman dan terlindung dari tindak pemerasan para pagar pemakan tanaman, sekarang juga saya balik ke kampung halaman.Karena meskipun potongan dan wajah saya tidak memenuhi syarat citra nasionalisme,tetapi saya cinta Indonesia.." "Cak,Pasar Turi terbakar seb

Bangbang Geni

Surya, Sabtu, 08 Desember 2007 Jaringan Bangbang Wetan yang di Jakarta, yakni Komunitas Kenduri Cinta, beberapa hari yll saya mintai tolong mensupport kegiatan Urban Poor Concortium antara 5 sd 10 Desember ini. Mereka ingin Presiden hadir berdialog dengan kaum miskin urban Jakarta yang mereka kumpulkan. Tetapi Wardah Hafidh, pimpinan UPC, baru menghubungi kami awal Desember. Bagaimana mungkin Presiden "didadak". Tetapi tetap saya upayakan dan teman-teman KC bergerak dari level dan wilayah mereka. Bagi saya inisiatif itu sangat menarik. UPC tergolong LSM besar dan sudah lebih 10 tahun menemani masyarakat miskin perkotaan. Saya tidak akan menilai apa-apa tentang LSM, tetapi Wardah dan UPC yang selama ini dikenal frontal dan radikal secara politik menghadapi pemerintah, terutama Pemerintah DKI: menarik untuk ditengok bahwa mereka membuka dialog dengan Presiden. UPC percaya kepada dialog, kepada komunikasi, perundingan, perdebatan - tak hanya berjuang dengan menganda

Mensurabayakan Surabaya

Surya, Sabtu, 24 November 2007 Calon kelas menengah Indonesia, anak-anak muda intelektual dari berbagai kampus Surabaya, angkatan muda bernacam segmen 'swasta' yang dimotori oleh Jam'iyah Maiyah, juga sejumlah stake-holders, aktivis birokrasi dan aktivisme sosial, sedang melakukan pendadaran diri melalui wadah Bangbang Wetan, untuk pada saatnya benar-benar siap menjadi "kelas perubah sejarah" Indonesia. Tahap-tahap sangat penting sedang mereka tempuh. Pertama memastikan mengukuhkan kepribadian dan kediriannya sebagai manusia, sebagai pengolah metoda Agama dan ilmu-ilmu mutakhir, sebagai rakyat Indonesia. Rakyat berasal dari kata ro'iyah = kepemimpinan. Rakyat bukan kawula atau abdi. Rakyat adalah pemegang rohani kepemimpinan yang dipatuhi oleh Pemerintah dalam konteks dan skala Negara. Pemerintah adalah abdi atau kawula, yang dilantik oleh otoritas kepemimpinan rakyat, dikasih tempat bekerja memenuhi amanat rakyat, diberi upah, fa

Indonesia, Dauri, Buto Kempung

Betapa tak terhitung jumlah bahasa di negeri kita, sehingga betapa rawan pula itu semua dari disinformasi dan diskomunikasi. Bahasa Indonesia saja ada tiga macam: bahasa Indonesia yang baik, yang benar dan yang enak. Berapa puluh ribu pula bahasa etnik, dengan ratusan ribu macam dialeknya. Bahasa Indonesia yang seolah-olah merupakan bahasa kesatuan itu terbagi lagi menjadi bahasa politik, bahasa birokrasi, bahasa hukum, bahasa dagang, bahasa ilmuwan, bahasa seniman, bahasa artis, bahasa pasar, bahasa wadam, bahasa preman, juga bahasa prokem yang juga punya unikum sendiri-sendiri di setiap daerah - ditambah lagi berkembang secara dinamis dari generasi ke generasi. Ambil satu contoh: bahasa preman. Itupun harus dikhususkan segmentasinya, sebab kode-kode bahasa preman di Medan lain dengan Makassar atau daerah lainnya. Preman, Gali, Jeger.Kita ambil saja jaringan yang berasal dari Jawa Timur dan Jawa Tengah - yang wilayah operasinya sampai meluas, bahkan di Jakarta mem

ANTARA TIGA KOTA

di yogya aku lelap tertidur angin di sisiku mendengkur seluruh kota pun bagai dalam kubur pohon-pohon semua mengantuk di sini kamu harus belajar berlatih tetap hidup sambil mengantuk kemanakah harus kuhadapkan muka agar seimbang antara tidur dan jaga ? Jakarta menghardik nasibku melecut menghantam pundakku tiada ruang bagi diamku matahari memelototiku bising suaranya mencampakkanku jatuh bergelut debu kemanakah harus juhadapkan muka agar seimbang antara tidur dan jaga surabaya seperti ditengahnya tak tidur seperti kerbau tua tak juga membelalakkan mata tetapi di sana ada kasihku yang hilang kembangnya jika aku mendekatinya kemanakah harus kuhadapkan muka agar seimbang antara tidur dan jaga ? Emha Ainun Najib (PmbNetDok)

Indonesia Tak Ada Masalah

Koran SINDO, Jum'at, 30/11/2007 KEMARIN saya berbicara di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) dalam sesi bersama Dewi Fortuna Anwar dan Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad. Tema yang diangkat adalah pengefektifan otonomi daerah untuk meningkatkan ketahanan nasional. Sudah pasti ini bukan bidang saya. Undangan ini termasuk "tersesat". Dewi Fortuna dengan sangat artikulatif dan ilmiah mengemukakan pemikiran-pemikirannya, dialektis makro dan mikro, sangat penuh disiplin karena dia berasal dari habitat BJ Habibie. Fadel bercerita tentang pokok pengalamannya 6 tahun menjadi gubernur dalam hal yang terkait dengan tema. Paparannya sangat nyata, sejumlah rekomendasi dia kemukakan tidak berasal dari pemikiran, tetapi dari pengalaman nyata. Sejak awal mendapat undangan saya sudah mengalami kebingungan.Sudah beberapa tahun ini saya berkeliling ke daerah-daerah dan umumnya diundang oleh pemda provinsi, kotamadya atau kabupaten, sendirian atau bersama Kiai Kanjeng, sehin

KETIKA ENGKAU BERSEMBAHYANG

Ketika engkau bersembahyang Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan Partikel udara dan ruang hampa bergetar Bersama-sama mengucapkan allahu akbar Bacaan al-fatihah dan surah Membuat kegelapan terbuka matanya Setiap doa dan pernyataan pasrah Membentangkan jembatan cahaya Tegak tubuh alif-mu mengakar ke pusat bumi Ruku' lam badanmu memandangi asal-usul diri Kemudian mim sujudmu menangis Di dalam cinta Allah hati gerimis Sujud adalah satu-satunya hakikat hidup Karena pejalanan hanya untuk tua dan redup Ilmu dan peradaban takkan sampai Kepada asal mula setiap jiwa kembali Maka sembahyang adalah kehidupan ini sendiri Pergi sejauh-jauhnya agar sampai kembali Badan diperas jiwa dipompa tak terkira-kira Kalau diri pecah terbelah, sujud mengutuhkannya Sembahyang di atas sajadah cahaya Melangkah perlahan-lahan ke rumah rahasia Rumah yang taka ada ruang tak ada waktunya Yang tak bisa dikisahkan kepada siapa pun juga Oleh-olehmu dari sembahyang adalah sinar wajah Pancaran yang tak terumuskan ole

Sang Maha Penganugerah

Apa alasanku untuk durhaka kepada-Mu, Allahku Di malam dan siang telingaku mendengar desir lembut suara malaikat-Mu yang mendendangkan nyanyian-Mu yang melezatkan jiwaku Di siang dan malam mripatku menyaksikan rahmat-Mu bertaburan dari langit beribu penjuru. Jika Engkau bukan Sang Maha Tanpa Pamrih pastilah bangkrut aku Jika atas segala anugerah-Mu harus kupersembahkan balasan, maka tiadalah yang akan mampu aku persiapkan. Segala yang tergenggam di tanganku adalah milik-Mu, bahkan tak juga kumiliki diriku sendiri, karena Engkaulah Maha Empunya semuanya ini. Maka jika kupasrahkan seluruh jiwa ragaku bukanlah aku memberikan sesuatu kepada-Mu, melainkan sekedar menyampaikan hak-Mu. Dan jika aku memberikan sesuatu kepada keluargaku, kepada para tetangga dan sekalian orang di dalam jangkauanku, tak lain itu hanyalah menyalurkan milik-Mu, agar sampai pada akhirnya ke haribaan-Mu. Apa alasanku untuk durhaka kepada-Mu, Allahku Engkau Maha Memberi, tanpa meminta: aku lah yang membutuhkan penyer

CAHAYA AURAT

Ribuan jilbab berwajah cinta Membungkus rambut, tubuh sampai ujung kakinya karena hakekat cahaya Allah Ialah terbungkus di selubung rahasia Siapa bisa menemukan cahaya? Ialah suami, bukan asal manusia JIka aurat dipamerkan di koran dan di jalanan Allah mengambil kembali cahayaNya Tinggal paha mulus dan leher jenjang Tinggal bentuk pinggul dan warna buah dada Para lelaki yang memelototkan mata Hanya menemukan benda JIka wanita bangga sebagai benda Turun ke tingkat batu derajat kemakhlukannya Jika lelaki terbius oleh keayuan dunia Luntur manusianya, tinggal syahwatnya (Emha Ainun Najib)

Kita Para ”Indon”

Koran SINDO, Jum'at, 23/11/2007 TIGA pekan lagi, 14 Desember, saya akan sediakan panggung-panggung untuk beberapa penyair PENA Malaysia di Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki. Besoknya saya ajak ke acara Komisi Yudisial, ada Rendra,Taufiq Ismail,M Sobary,Kiai Kanjeng, dll di sana. Besoknya lagi saya coba koordinasikan dengan Taman Budaya Yogya. Besoknya sesudah itu di padangbulanan Yogya ”Mocopat Syafaat”Yogya. Kemudian sudah saya pesan kerja sama dengan Fakultas Sastra Unair dan Bengkel Muda Surabaya. Justru karena Indonesia dan Malaysia sedang tak enak hati. Orang Indonesia uring-uringan soal ”Rasa Sayange”, ”Reog”, ”Batik”, dll. Malaysia dianggap ‘ngelunjak’, ang kuh, merendahkan, bahkan semua warga kita yang di Malaysia kebal dengan sebutan ”Indon”. Malaysia sendiri juga punya perasaan yang sama. Heran kenapa Indonesia marahmarah. Pejabat-pejabat di sana mengeluh bahwa pers Indonesia terlalu membesarbesarkan masalah. Seorang anak muda, dalam acara ”Kongres Budaya Serum

AMBIL SI PENARI, UNTUKKU TARIANNYA

Dzu Walayah membawaku mengembara.Telah berulangkali kukunjungi tempat-tempat itu, namun bersamanya menjadi berubah cara berjalanku serta menjelma baru mata-pandangku.Kuajukan kepadanya beribu-ribu pertanyaan seperti Ibrahim menggalah beribu-ribu bintang, kureguk jawaban-jawabannya yang mesra bagai anak kambing menyusu putting induknya.Namun tentang satu hal, Dzu Walayah selalu menghindar, ialah tentang wihdatul wujud, Allah dengan hamba-Nya manunggal.Tatkala kami duduk-duduk istirah di tepian pantai, ia meminta - "Ambil seciduk dua ciduk air samudera untukmu, sisakan ombaknya berikan kepadaku."Ketika di malam hari aku merasa kedinginan oleh hembusan angin yang amat kencang, ia lepaskan kain sarungnya dan berkata - "Pakailah ini untuk selimutmu, tapi helai-helai benangnya biarlah untukku."Dan ketika di lapangan pojok dusun itu bersama-sama kami menyaksikan acara tayuban yang riuh rendah oleh musik, teriakan dan birahi, Dzu Walayah menggamit pundakku - "Pergilah

Gerakan Majnun Internasional

Surya Online, Saturday, 17 November 2007 Kita catat dulu catatan para penjajah internasional jenis mutakhir: Kita adalah kekuatan yang invisible. Organisasi, institusi dan individu-individu di negara-negara jajahan kita bikin secara tidak sadar bekerja untuk kepentingan kita. Tujuan kita yang sebenarnya tidak boleh diketahui oleh mereka, dengan membikin mereka justru merasa melawan kita, padahal sedang menjalankan desain-desain. Aktor-aktor yang menjalankan program internasional kita bukan orang-orang kita, melainkan tokoh dan aktivis masyarakat negara jajahan, seluruh agen polisi internasional, bankers, industrialis, ekonom, politisi, termasuk public figure, pemimpin-pemimpin informal. Mereka sangat penting karena mereka menjalankan sekaligus melindungi kita, sambil meyakini bahwa mereka sedang melawan kita. Kita dorong semangat dan egoisme mereka dan kebutuhan mereka untuk sukses. Padahal mereka tak lebih bagaikan macan dengan jiwa domba karena mereka tidak

Peran Narkoba dalam Pembangunan

Seputar Indonesia, Jum'at, 16/11/2007 DI kedua lengan tangan bawah saya bagian dalam terdapat sejumlah goresan kecil-kecil yang kayaknya nggak bisa hilang. Orang yang meliriknya normal kalau menyimpulkan itu bekas luka-luka suntikan narkoba, tanpa bisa menemukan alasan apa pun untuk menggeremeng di dalam hatinya kenapa orang macam saya pasti bebas dari narkoba. Luka-luka itu berasal dari praktik Ilmu Hijamahnya Rasulullah SAW yang di Jakarta terkenal dengan aplikasi nama ”bekam”. Seharusnya ujung jarum ditutul-tutulkan secara sangat hati-hati dan peka sehingga kedalaman tusukan itu tak boleh lebih dari 0,4 mm sebagaimana teknik tusukan dan hisapan lintah. Tetapi karena pelakunya kecapaian, yang dia lakukan atas tangan saya bukan tutulan, melainkan goresan. Semacam malapraktik kecil-kecilan yang menguntungkan saya karena memperoleh rahmat seumur hidup untuk disangka orang pemakai narkoba. Setiap hari, terutama ketika

Peran Narkoba dalam Pembangunan

Koran SINDO, Jum'at, 16/11/2007 DI kedua lengan tangan bawah saya bagian dalam terdapat sejumlah goresan kecil-kecil yang kayaknya nggak bisa hilang. Orang yang meliriknya normal kalau menyimpulkan itu bekas luka-luka suntikan narkoba, tanpa bisa menemukan alasan apa pun untuk menggeremeng di dalam hatinya kenapa orang macam saya pasti bebas dari narkoba. Luka-luka itu berasal dari praktik Ilmu Hijamahnya Rasulullah SAW yang di Jakarta terkenal dengan aplikasi nama ”bekam”. Seharusnya ujung jarum ditutul-tutulkan secara sangat hati-hati dan peka sehingga kedalaman tusukan itu tak boleh lebih dari 0,4 mm sebagaimana teknik tusukan dan hisapan lintah. Tetapi karena pelakunya kecapaian, yang dia lakukan atas tangan saya bukan tutulan, melainkan goresan. Semacam malapraktik kecil-kecilan yang menguntungkan saya karena memperoleh rahmat seumur hidup untuk disangka orang pemakai narkoba. Setiap hari, terutama ketika mandi, selalu terpandang goresan-goresan itu sehingga selalu juga saya i

TUHAN SAYANG YA TUHAN SAYANG

tuhan sayang ya tuhan sayangtiada yang kami ikuti dalam perjalanankecuali engkau maha penabur pengetahuantuhan sayang ya tuhan sayangdi siang hari yang berselimut kegelapanbersabarlah mendengar kami yang kebingunganbertanya apa yang sesungguhnya engkau inginkanmenyeret kami ke persimpangan jalankemudian engkau pergi meninggalkanengkau wariskan alamberita tentang pengembaraandan teka-teki yang sialantuhan wahai kekasih hatiselain rumahmu tiada tempat kembalikami harus tempuh perjalanan iniabad-abad teramat panjangkami berebut makan, berselisih pahammerawat dendam dan peperanganmana gerangan jalan yang benar?tumpah berbagai ideologi besaryang membuat wajah kami sendiri memarmaka kekallah pertengkaranpada setiap jalan dibikin gang-gangyang terakhir di kebuntuansemua hendak memimpin di depanmaunya duluan mengenyam makanantak bersedia ketlingsut di ekor barisansemua ngebet disebut pahlawanhendak jadi nabi diam-diamatau bapak yang dimonumenkanadapun lusa akan habis hutan ditebangbumi dikuras

Bukan Hanya Milik Kematian

Kalau ada orang meninggal, kita ucapkan inna lillahi wa inna ilaihi roji'un. Sesungguhnya kita semua ini milik Allah dan pasti kembali hanya kepadaNya, mustahil bisa balik ke yang selain Allah.Dan karena manusia itu penuh kelemahan, gampang terjebak oleh slogan dan mudah dikelabuhi oleh rutinitas - maka kita sering lupa bahwa kalimat itu tidak hanya berlaku untuk kesadaran tentang kematian, melainkan terutama juga merupakan dasar ilmu dan sikap terhadap kehidupan.Maka hanya tatkala berjumpa dengan realitas maut, kita baru ngeh bahwa semua ini milik Allah.Dalam kehidupan sehari-hari kita begitu yakin dan mantap bahwa kita memiliki sesuatu, punya modal, memegang hak milik atas tanah, kekuasaan dlsb.Dan untuk itu kita bikin kompetisi ekonomi dan karir politik, perang dan kapitalisasi senjata, perlombaan properti dan aksesori budaya, atau mengunyah mode demi mode kebudayaan sampai air liur kita meleleh-leleh.Padahal teknologi tercanggih di abad 500 kelakpun tak akan sanggu

NABI MEMBAKAR MASJID

fw from Surya, Sabtu, 10 November 2007 Rasulullah Muhammad SAW pernah memerintahkan sejumlah petugasnya untuk membakar sebuah masjid, karena beliau menemukan bahwa kecenderungan pada Takmir Masjid dan komunitas yang melingkupinya membuat Masjid itu lebih merupakan tempat hipokrisi dan kemunafikan, dengan berbagai manipulasi dan kemunkaran, sehingga adanya Masjid itu lebih menimbulkan mudharat lebih besar dibanding manfaatnya. Coba ambil pelajaran, satu poin saja dulu, dari kejadian itu. Misalnya, tidak bisa kita memahaminya dengan pola pandang modern dengan sistem dan konstitusi kenegaraan seperti yang kita anut sekarang.Di zaman kepemimpinan Rasulullah di Madinah, beliau adalah pusat keadilan,pusat nurani, pusat kebenaran, yang dipercaya. Orang percaya kepada beliau sepenuhnya, sehingga diridhai orang banyak untuk menjadi pusat pengambilankeputusan. Rasulullah bisa disebut diktator atau otoriter andaikata beliau tidak dipercaya rakyat, serta apabila beliau memaksakan suatu keputusan y

Mencekik Orang Sesat

fwd from Koran SINDO, Jum'at, 09/11/2007 DALAM wacana sejarah umat manusia, yang saya tahu hanya ada satu orang yang melakukan tindakan kriminal, bahkan pembunuhan, yang tanpa kausalitas sosial dan tidak dalam situasi peperangan-namun dilegitimasi sebagai kebenaran,bahkan oleh Tuhan.Ialah Nabi Khidhir, salam Allah untuknya.Pernah bersama Kiai Kanjeng saya ngrasain duduk di tempat Nabi Musa duduk uzlah bertapa, puncak Gunung Tursina atau Jabal Musa,8 jam perjalanan dari Gereja Catherine, naik dua kali separuh lingkaran gunung, baru tancap ke puncak pengembaraan murid Khidhir itu.Tak ada alinea untuk mengisahkan dahsyatnya gunung itu serta peristiwa amat monumental yang pernah dikandungnya antara Musa dengan Allah sendiri.Tetapi intinya, di puncak gunung itu, sesudah Musa dipingsankan oleh Tuhan gara-gara tak sanggup memandang wajah- Nya, ia diperintah turun gunung kemudian jalan kaki sejauh sekitar 1.300 km agar berjumpa dengan Kanjeng Khidhir, calon profesornya.Panjang cerita tenta