Skip to main content

Sembilan dari Sepuluh (SPEKTRUM AL'ALAMIN)

Maiyah tak berguna di Negerimu. Satu bangsa bisa menjajah bangsa lain karena nasionalisme bangsa penjajah itu tidak diletakkan dalam spektrum universalisme kemanusiaan. Maiyah tidak begitu, tetapi bangsa yang dijajah itu kemudian malah menyetujui spektrum itu, bahkan mengikuti jejak penjajahnya yang nasionalismenya bermakna primordialisme dan egosentrisme suatu rumpun manusia yang secara “brutal” disebut bangsa.

Maka Maiyah tidak bermanfaat di Negerimu. Dan pada hakikatnya yang terjadi antara bangsa yang menjajah dengan yang dijajah bukanlah penjajahan, melainkan hubungan transaksional antara yang melacur dengan pelacurnya. Maiyah bukan dholimun, madhlumin maupun fasidin.

Maka Negerimu tidak punya kerangka berpikir untuk menerima Maiyah. Sebab kategorisasi pemikiran modern meletakkan Maiyah di kotak alergi politik. Yang dikenali sebagai politik adalah perangkat keras kekuasaan. Kepemimpinan adalah jabatan. Derajat adalah pangkat sosial. Itu pun dalam penyempitan spektrum kehidupan yang dinamakan Negara.

Sementara negeri Maiyah adalah Al’alamin. Maiyah memahami manusia sebagai pusat komprehensi antara konteks insaniyah, ubudiyah dan khilafah. Dialektika dari posisi rebah dalam semesta uluhiyah menjadi transformator rububiyah, membangun rahmah lil’alamin. Sebatas kadar liutammima makarimal akhlaq. Dengan ketergantungan kepada mulkiyatullah. Itu pun tidak mbentoyong memanggul kewajiban lebih dari wala tansa nashibaka minad-dunya. Skala Nasionalisme adalah bidang garapnya.

Para pereguk mataair Maiyah tidak meliterasikan itu semua secara akademis, melainkan langsung mengalami dan menikmatinya. Maiyah sangat meringankan perjalanan hidup, tapi sekaligus menyodorkan tantangan yang mungkin takkan pernah bisa dilunasi. Sebab Maiyah menemukan tidak ada benda, tema dan peristiwa yang berdiri sendiri secara steril, parsial dan linier.

Seorang koruptor bisa kirim biaya untuk membangun Masjid di kampungnya. Pelacur kelas tinggi bisa menyisihkan uang untuk membagi modal kepada ratusan kelompok usaha kecil rakyat bawah. Pejabat tinggi memberantas maksiat sehingga mulus jalannya menuju jabatan lebih tinggi. Dengan baju Pewaris Nabi, seseorang bisa mengkapitalisasikan sejumlah tema Agama, Nabi, bahkan Allah dan firman-Nya.

Sedangkan Maiyah saling mempersaudarakan, saling mengamankan, menolong, menggembirakan dan membahagiakan satu sama lain, dengan pamrih maksimal memperbanyak jumlah Al-Mutahabbina Fillah. Puluhan tahun hingga detik ini tak secuilpun terdapat perilaku Maiyah yang indikatif terhadap kekuasaan, pangkat, jabatan, materialisme dan kapitalisme.

Maka tahun politik di Negerimu mulai tahun depan ini disyukuri oleh Maiyah karena “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk sorga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?”. Allah menganugerahkan ujian itu kepada Maiyah.








Comments

Popular posts from this blog

MATI KETAWA CARA REFOTNASI(4)

Seri PadangBulan (87) MATI KETAWA CARA REFOTNASI Bagian 4 ------------------------------------------------------------------------ Jangan Mau Jadi Akar. Kalau Pohon tak Berbuah Blimbing Tidak ada satu forum, jamaah maupun komunitas rakyat yang tidak bertanya dan menggelisahkan soal lahirnya terlalu banyak partai politik dewasa ini. Saya wajib menjawab sebisa-bisanya. "Begini lho, pohon itu kalau tak ada akarnya kan tidak akan tumbuh. Partai yang akar dukungannya dari rakyat tidak mantap, tentu mati sendiri. Kita harus jadi akar pohon yang mana. Lha selama ini Anda-Anda sudah bertemu dengan parpol yang mana?" "Belum ada." "Belum ada parpol yang bertamu ke rumah Anda?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melamar hati rakyat?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melakukan pendidikan politik langsung di kampung Anda ini?" "Belum!!" Selama Orde Baru kebanyakan Anda menjadi akar pohon besar rindang namun tidak ada buah

BANI ZAHID VAN KAUMAN

Setetes makna dari Al-Quran bisa menjadi tujuh samudera ilmu bagi kehidupan kita. itu pun, kalau kita syukuri: La adzidannakum, akan Kutambah lagi, kata Allah. Lebih dari itu, tetes ilmu itu dengan kehidupan kita terus 'bekerja' untuk menjadi ilmu demi ilmu lagi. Sungguh Allah membimbing kita untuk menjadi 'arif (mengetahui) dan 'alim (mengerti), bahkan 'amil, pekerja dari pengetahuan dan pengertian dari-Nya itu. Maka, di hari kedua 'kopi Al-Quran', bertamulah ke rumah kontrakan saya seorang tua yang saleh. Bersepeda, memakai sarung, berpeci, sehat dan penuh senyum ceria. Betapa kagetnya saya! Sudah beberapa bulan ini saya straumatik' terhadap setiap tamu: begitu ada 'kulo nuwun' Iangsung saya merasa akan ditodong, dirampok, diperas . Tetapi kedatangan abah tua ini terasa sebagai embun yang menetesi ubun-ubun saya. Sambil rnenyalami beliau, saya bertanyatanya dalam .hati: "Pantaskah saya mendapat kehormatan ditamui seorang yang sampai usia s

MOHON BERSABAR

Seri PadangBulan (98) MOHON BERSABAR ------------------------------------------------------------------------ Markas Hamas, Padangbulan, Kiai Kanjeng, Cak Nun, (tempat program-program "Shalawat, Bernyanyi, Pendidikan Politik, Jamaah Ekonomi, Silaturahmi Kebangsaan danKemanusiaan" digodog) memohon dengan sangat para pengundang di bawah ini (yang terdaftar sampai 10 Nopember 1998) bersabar menunggu giliran jawaban. Undangan acara-acara terpaksa dimohon kearifannya untuk diskedul seirama dengan effisien dan effektifnya route perjalanan acara Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng. Setiap lingkaran wilayah dirangkaikan menjadi satu putaran, agar mondar-mandirnya Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng tidak terlalu boros waktu dan tenaga. Sehari maksimal 5 (lima) acara yang diperhitungkan pembagian waktunya di suatu lingkaran wilayah yang bisa dijangkau. Yang manusiawi sepertinya cukup 3 (acara) dalam sehari. Contoh terakhir (10 Nopember 1998), acara Cak Nun/Kiai Kanjeng/Hamas di Undip, kemudian IAIN &qu