Skip to main content

MATI KETAWA CARA REFOTNASI(5)

Seri PadangBulan (88)
MATI KETAWA CARA REFOTNASI
Bagian 5
------------------------------------------------------------------------
Hak Makmum atas Imam.Kewajiban Imam atas Makmum

"Saya juga diserbu oleh banyak pertanyaan, apakah Anda datang ke sini untuk kampanye suatu partai baru?"

"Lho, saya ke sini karena Anda yang mengundang!"

"Apakah untuk memobilisir massa?"

"Kalau pengertian mobilisasi adalah membuat rakyat kritis dan mobil dalam kecerdasan menyikapi negara, ya. Tapi kalau pengertian mobilisasi adalah mempengaruhi Anda untuk kepentingan suatu parpol atau golongan, lha saya ndak punya golongan. Nasib saya kan sama dengan Anda."

"Anda mencari dukungan?"

"Saya sudah didukung sepenuhnya oleh Novia."

"Anda menghimpun ummat?"

Menghimpun ummat agar mereka benar-benar menjadi ummat. Untuk sungguh-sungguh menjadi makmum yang baik. Makmum yang baik itu yang kritis. Kalau Imam salah, mereka menegur dengan 都ubhanall禀・ Dan lagi Imam tidak punya otoritas untuk menentukan makmum, kecuali mentaati perintah Tuhan sehingga makmum bergerak sama dengan Imam. Tapi Imam tidak memobilisir makmum, sebab makmumlah yang berhak menentukan siapa Imam mereka.

Bagaimana jadi makmum yang baik kalau Imamnya tidak jelas. Kalau begitu tak usah bermakmum pada Imam siapapun sebelum ada 'Bocah Angon・yang memenuhi kriteria sebagai Imam. Makmum berhak tidak diimami siapa-siapa, sebab makmum memang tidak harus mentaati Imam. Yang diaati oleh makmum adalah perintah Allah. Sepanjang Imam mematuhi perintah Allah, maka makmum bergerak sejalan dengan Imam.

Comments

Popular posts from this blog

MATI KETAWA CARA REFOTNASI(4)

Seri PadangBulan (87) MATI KETAWA CARA REFOTNASI Bagian 4 ------------------------------------------------------------------------ Jangan Mau Jadi Akar. Kalau Pohon tak Berbuah Blimbing Tidak ada satu forum, jamaah maupun komunitas rakyat yang tidak bertanya dan menggelisahkan soal lahirnya terlalu banyak partai politik dewasa ini. Saya wajib menjawab sebisa-bisanya. "Begini lho, pohon itu kalau tak ada akarnya kan tidak akan tumbuh. Partai yang akar dukungannya dari rakyat tidak mantap, tentu mati sendiri. Kita harus jadi akar pohon yang mana. Lha selama ini Anda-Anda sudah bertemu dengan parpol yang mana?" "Belum ada." "Belum ada parpol yang bertamu ke rumah Anda?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melamar hati rakyat?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melakukan pendidikan politik langsung di kampung Anda ini?" "Belum!!" Selama Orde Baru kebanyakan Anda menjadi akar pohon besar rindang namun tidak ada buah

BANI ZAHID VAN KAUMAN

Setetes makna dari Al-Quran bisa menjadi tujuh samudera ilmu bagi kehidupan kita. itu pun, kalau kita syukuri: La adzidannakum, akan Kutambah lagi, kata Allah. Lebih dari itu, tetes ilmu itu dengan kehidupan kita terus 'bekerja' untuk menjadi ilmu demi ilmu lagi. Sungguh Allah membimbing kita untuk menjadi 'arif (mengetahui) dan 'alim (mengerti), bahkan 'amil, pekerja dari pengetahuan dan pengertian dari-Nya itu. Maka, di hari kedua 'kopi Al-Quran', bertamulah ke rumah kontrakan saya seorang tua yang saleh. Bersepeda, memakai sarung, berpeci, sehat dan penuh senyum ceria. Betapa kagetnya saya! Sudah beberapa bulan ini saya straumatik' terhadap setiap tamu: begitu ada 'kulo nuwun' Iangsung saya merasa akan ditodong, dirampok, diperas . Tetapi kedatangan abah tua ini terasa sebagai embun yang menetesi ubun-ubun saya. Sambil rnenyalami beliau, saya bertanyatanya dalam .hati: "Pantaskah saya mendapat kehormatan ditamui seorang yang sampai usia s

MOHON BERSABAR

Seri PadangBulan (98) MOHON BERSABAR ------------------------------------------------------------------------ Markas Hamas, Padangbulan, Kiai Kanjeng, Cak Nun, (tempat program-program "Shalawat, Bernyanyi, Pendidikan Politik, Jamaah Ekonomi, Silaturahmi Kebangsaan danKemanusiaan" digodog) memohon dengan sangat para pengundang di bawah ini (yang terdaftar sampai 10 Nopember 1998) bersabar menunggu giliran jawaban. Undangan acara-acara terpaksa dimohon kearifannya untuk diskedul seirama dengan effisien dan effektifnya route perjalanan acara Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng. Setiap lingkaran wilayah dirangkaikan menjadi satu putaran, agar mondar-mandirnya Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng tidak terlalu boros waktu dan tenaga. Sehari maksimal 5 (lima) acara yang diperhitungkan pembagian waktunya di suatu lingkaran wilayah yang bisa dijangkau. Yang manusiawi sepertinya cukup 3 (acara) dalam sehari. Contoh terakhir (10 Nopember 1998), acara Cak Nun/Kiai Kanjeng/Hamas di Undip, kemudian IAIN &qu