Skip to main content

MAKNA KEADILAN

Karena otak lèlèt, baru akhir-akhir ini saya memahami bahwa yang dimaksud oleh Indonesia dengan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Materialisme. Sila kedua hingga keempat adalah Mesin Kapitalisme Liberal. Adapun Sila kelima  Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia maknanya adalah Hedonisme. Kemakmuran fisik dan kemewahan cara hidup. Kalau menurut Islam mungkin “hubbud dunya” yang risikonya “karohiyatul maut”.

Yang dimaksud tuhan adalah sesuatu yang diutamakan. Dinomorsatukan. Diletakkan tertinggi di skala prioritas pembangunan Negaranya dan kehidupan bangsanya. Ketuhanan adalah segala potensi dan aset yang dinomorsatukan: uang sebanyak-banyaknya, modal sebengkak-bengkaknya, akses seluas-luasnya, kekuasaan sekokoh-kokohnya, pasar setakterbatas-takterbatasnya.
    
Keterlibatan ke dan di dalam gelombang, struktur, sistem, jala raksasa dan tentakel-tentakel kapitalisme liberal, merupakan ghirrah atau gairah utama bangsa ini dalam menempuh kehidupan. Orang keluar rumah, bersekolah, kuliah, mencari pekerjaan, bekerja, berkhayal, berjuang, ketekunan, tekad, tak mau menyerah, melakukan segala cara, serta seluruh potensialitas fisik dan psikologis – dikerahkan untuk mendapatkan tempat senyaman-nyamannya di rumah besar kapitalisme liberal.

Mungkin juga orang beribadah dan berdoa, gagasan utamanya adalah mengharapkan Tuhan membantu proses peletakan mereka di dalam kapitalisme liberal dan hedonisme cara hidup itu. Tuhan Yang Maha Esa adalah pencapaian materialisme yang disembah, dijadikan titik tujuan hidup, acuan bagi semua pertimbangan dan strategi masa depan. Inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati limakmur, kaya wa berfoya-foya. Yang dimaksud Keadilan di sila kelima oleh Indonesia sebenarnya adalah kemakmuran, kekayaan dan kemewahan. Apakah itu untuk seluruh rakyat Indonesia? Pembangunan kita belum sampai ke tahap itu. Kita Negara masih muda. Baru 72 tahun.


Lamongan, 21 Oktober 2017
Emha Ainun Nadjib
#Khasanah



https://www.caknun.com/2017/makna-keadilan/



Comments

Popular posts from this blog

MATI KETAWA CARA REFOTNASI(4)

Seri PadangBulan (87) MATI KETAWA CARA REFOTNASI Bagian 4 ------------------------------------------------------------------------ Jangan Mau Jadi Akar. Kalau Pohon tak Berbuah Blimbing Tidak ada satu forum, jamaah maupun komunitas rakyat yang tidak bertanya dan menggelisahkan soal lahirnya terlalu banyak partai politik dewasa ini. Saya wajib menjawab sebisa-bisanya. "Begini lho, pohon itu kalau tak ada akarnya kan tidak akan tumbuh. Partai yang akar dukungannya dari rakyat tidak mantap, tentu mati sendiri. Kita harus jadi akar pohon yang mana. Lha selama ini Anda-Anda sudah bertemu dengan parpol yang mana?" "Belum ada." "Belum ada parpol yang bertamu ke rumah Anda?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melamar hati rakyat?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melakukan pendidikan politik langsung di kampung Anda ini?" "Belum!!" Selama Orde Baru kebanyakan Anda menjadi akar pohon besar rindang namun tidak ada buah

BANI ZAHID VAN KAUMAN

Setetes makna dari Al-Quran bisa menjadi tujuh samudera ilmu bagi kehidupan kita. itu pun, kalau kita syukuri: La adzidannakum, akan Kutambah lagi, kata Allah. Lebih dari itu, tetes ilmu itu dengan kehidupan kita terus 'bekerja' untuk menjadi ilmu demi ilmu lagi. Sungguh Allah membimbing kita untuk menjadi 'arif (mengetahui) dan 'alim (mengerti), bahkan 'amil, pekerja dari pengetahuan dan pengertian dari-Nya itu. Maka, di hari kedua 'kopi Al-Quran', bertamulah ke rumah kontrakan saya seorang tua yang saleh. Bersepeda, memakai sarung, berpeci, sehat dan penuh senyum ceria. Betapa kagetnya saya! Sudah beberapa bulan ini saya straumatik' terhadap setiap tamu: begitu ada 'kulo nuwun' Iangsung saya merasa akan ditodong, dirampok, diperas . Tetapi kedatangan abah tua ini terasa sebagai embun yang menetesi ubun-ubun saya. Sambil rnenyalami beliau, saya bertanyatanya dalam .hati: "Pantaskah saya mendapat kehormatan ditamui seorang yang sampai usia s

MOHON BERSABAR

Seri PadangBulan (98) MOHON BERSABAR ------------------------------------------------------------------------ Markas Hamas, Padangbulan, Kiai Kanjeng, Cak Nun, (tempat program-program "Shalawat, Bernyanyi, Pendidikan Politik, Jamaah Ekonomi, Silaturahmi Kebangsaan danKemanusiaan" digodog) memohon dengan sangat para pengundang di bawah ini (yang terdaftar sampai 10 Nopember 1998) bersabar menunggu giliran jawaban. Undangan acara-acara terpaksa dimohon kearifannya untuk diskedul seirama dengan effisien dan effektifnya route perjalanan acara Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng. Setiap lingkaran wilayah dirangkaikan menjadi satu putaran, agar mondar-mandirnya Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng tidak terlalu boros waktu dan tenaga. Sehari maksimal 5 (lima) acara yang diperhitungkan pembagian waktunya di suatu lingkaran wilayah yang bisa dijangkau. Yang manusiawi sepertinya cukup 3 (acara) dalam sehari. Contoh terakhir (10 Nopember 1998), acara Cak Nun/Kiai Kanjeng/Hamas di Undip, kemudian IAIN &qu