Skip to main content

Enam dari Sepuluh (PASUKAN ZALITUN)

Kalau engkau memandang sampai kedalaman danau air Maiyah, tampak betapa sejati Tsaqafah Tauhid yang dijalani Jibril, Adam hingga kesempurnaannya pada Baginda Muhammad saw.
Kelihatan juga oleh pandanganmu tingkat kebenaran alamiah masyarakat nomaden, suku-suku, komunitas, maupun tingkat kemashlahatan Kerajaan, Keraton, Persemakmuran, Perdikan, Republik, Demokrasi, hingga pun Globalisasi.

Tergambar di penglihatanmu satuan-satuan Ideologi, aliran pemikiran, organisasi massa, madzhab, golongan dan kelompok, syu’ub wa qabail, yang sangat mudah kau temukan rasio iktikad sosialnya, serta kandungan ijtihad rahmah lil’alamin-nya.

Bahkan betapa indahnya sekolah, universitas, pesantren, percantrikan, halaqah, workshop dan satuan-satuan pembalajaran hidup model apapun. Apalagi di lingkaran kecil keluarga-keluarga.

Tetapi itu semua batal dan menghanguskan kehidupan, kalau manusianya menuhankan dunia. Bermental egosentris dan otoriter. Dadanya dipenuhi ananiyah dan hasad. Otaknya dipenggal dari gelombang akal dan pendaran hidayah. Jiwanya dikendalikan oleh baghdlun, karhun, ‘ida’un, kebencian, pentidakkan dan pengkafiran atas yang selain dirinya.

Pasukan Zalitun turunan Iblis menguasai manusia Negerimu. Merasukkan penyakit untuk memperjual-belikan segala hal dari biji kacang, demokrasi hingga Tuhan. Mengibarkan dusta Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, pemikiran dan ideologi. Sadar mengkhianati sumpah, sadar maling dan memaksiati Allah dan Rasul-Nya. Membujukkan pencitraan, merayukan Talbis, men-spotlight-kan makar dengan wajah kesetiaan, memviralkan kesetiaan sebagai makar.

Kalau kesiapan hidupmu adalah tidak sunyi, tidak menderita dan rasa lumpuh terhadap ketakberdayaan memanggul ujian Allah, menjauhlah dari mataair Maiyah.






Comments

Popular posts from this blog

MATI KETAWA CARA REFOTNASI(4)

Seri PadangBulan (87) MATI KETAWA CARA REFOTNASI Bagian 4 ------------------------------------------------------------------------ Jangan Mau Jadi Akar. Kalau Pohon tak Berbuah Blimbing Tidak ada satu forum, jamaah maupun komunitas rakyat yang tidak bertanya dan menggelisahkan soal lahirnya terlalu banyak partai politik dewasa ini. Saya wajib menjawab sebisa-bisanya. "Begini lho, pohon itu kalau tak ada akarnya kan tidak akan tumbuh. Partai yang akar dukungannya dari rakyat tidak mantap, tentu mati sendiri. Kita harus jadi akar pohon yang mana. Lha selama ini Anda-Anda sudah bertemu dengan parpol yang mana?" "Belum ada." "Belum ada parpol yang bertamu ke rumah Anda?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melamar hati rakyat?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melakukan pendidikan politik langsung di kampung Anda ini?" "Belum!!" Selama Orde Baru kebanyakan Anda menjadi akar pohon besar rindang namun tidak ada buah

BANI ZAHID VAN KAUMAN

Setetes makna dari Al-Quran bisa menjadi tujuh samudera ilmu bagi kehidupan kita. itu pun, kalau kita syukuri: La adzidannakum, akan Kutambah lagi, kata Allah. Lebih dari itu, tetes ilmu itu dengan kehidupan kita terus 'bekerja' untuk menjadi ilmu demi ilmu lagi. Sungguh Allah membimbing kita untuk menjadi 'arif (mengetahui) dan 'alim (mengerti), bahkan 'amil, pekerja dari pengetahuan dan pengertian dari-Nya itu. Maka, di hari kedua 'kopi Al-Quran', bertamulah ke rumah kontrakan saya seorang tua yang saleh. Bersepeda, memakai sarung, berpeci, sehat dan penuh senyum ceria. Betapa kagetnya saya! Sudah beberapa bulan ini saya straumatik' terhadap setiap tamu: begitu ada 'kulo nuwun' Iangsung saya merasa akan ditodong, dirampok, diperas . Tetapi kedatangan abah tua ini terasa sebagai embun yang menetesi ubun-ubun saya. Sambil rnenyalami beliau, saya bertanyatanya dalam .hati: "Pantaskah saya mendapat kehormatan ditamui seorang yang sampai usia s

MOHON BERSABAR

Seri PadangBulan (98) MOHON BERSABAR ------------------------------------------------------------------------ Markas Hamas, Padangbulan, Kiai Kanjeng, Cak Nun, (tempat program-program "Shalawat, Bernyanyi, Pendidikan Politik, Jamaah Ekonomi, Silaturahmi Kebangsaan danKemanusiaan" digodog) memohon dengan sangat para pengundang di bawah ini (yang terdaftar sampai 10 Nopember 1998) bersabar menunggu giliran jawaban. Undangan acara-acara terpaksa dimohon kearifannya untuk diskedul seirama dengan effisien dan effektifnya route perjalanan acara Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng. Setiap lingkaran wilayah dirangkaikan menjadi satu putaran, agar mondar-mandirnya Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng tidak terlalu boros waktu dan tenaga. Sehari maksimal 5 (lima) acara yang diperhitungkan pembagian waktunya di suatu lingkaran wilayah yang bisa dijangkau. Yang manusiawi sepertinya cukup 3 (acara) dalam sehari. Contoh terakhir (10 Nopember 1998), acara Cak Nun/Kiai Kanjeng/Hamas di Undip, kemudian IAIN &qu