Skip to main content

SURAT KEPADA MAJELIS ULAMA INDONESIA

Seri PadangBulan (138)

Perihal : Jihad Fisabilillah
-----------------------------------------------------------------------
Assalaamu'alaikum wr.wb.

1. Peristiwa "Ketapang" hari minggu tanggal 22 November 1998, yang diiringi dengan kebrutalan massa, yang tentunya sebagian besar adalah umat Islam, dengan pembakaran /pengrusakan bangunan-bangunan rumah ibadah ("Gereja") merupakan kejadian yang menunjukkan kurang pekanya umat Islam menghadapi provokasi adu domba yang tidak menghendaki keutuhan dan persatuan bangsa Indonesia. Dalam setiap pesannya kepada pasukan -pasukan Islam yang berangkat ke medan perang Rasulullah SAW selalu dengan tegas berpesan yang melarang pasukannya melakukan pengrusakan rumah-rumah Ibadah, tanaman/tumbuh-tumbuhan dan sebagainya, Apabila dalam keadaan perang saja Rasulullah SAW memerintahkan perlindungan atas bangunan rumah-rumah Ibadah, tentulah lebih ditekankan lagi pelaksanaannya dalam keadaan damai. Mengingat hal tersebut kami mengusulkan agar MUI menyerukan kepada umat Islam untuk melakukan Jihat Fisabilllah dengan secara aktif melakukan kegiatan mengamankan bangunan-bangunan rumah Ibadah (gereja, wihara dsb ) tersebut. Semoga dengan melakukan kegiatan dimaksud, ummat Islam Indonesia menunjukkan keteguhannya dan tanggung jawabnya mempertahankan keutuhan dan integritas bangsa dan negara Indonesia yang tercinta ini.

2. Peristiwa yang kedua yang ingin kami kemukakan adalah tindak perilaku pengamanan oleh petugas, dalam hal ini ABRI, yaitu dengan hanya mempergunakan alat-alat fisik semata ( gas air mata, peluru karet, tameng, alat pemukul, dsb ) yang merupakan prosedur pengamanan STANDAR untuk menghadapi demontrasi /huru-hara massaIslam mengajarkan agar umat Islam bila menghadapi musibah/kesulitan, dsb. hendaknya memperbanyak 'Istigfar (mohon ampun kepada Allah SWT) dan menyampaikan Salawat & Salam kepada Rasulullah SAW. Jadi kami mengusulkan agar pada waktu-waktu yang akan datang dalam setiap kegiatan pengamanan aksi-aksi yang bersifat massa digunakan 2 (dua ) macam pendekatan (fisik dan do'a ), mungkin dapat disebut sebagai sistem pengamanan STANDAR PLUS, yaitu tindak pengamanan sambil berpagar betis menghadapi massa juga bersama-sama dengan suara yang nyaring sambil berlagu dengan sepenuh hati melantunkan lafaz Istigfar dan melagukan Salawat & Salam untuk Rasullah SAW. Kami percaya bahwa sebagian besar dari prajurit kita adalah juga bagian dari umat Islam, sehingga mengucapkan Istigfar dan menyampaikan Salawat & Salam kepada Rasullah SAW. Sedangkan bagi saudara-saudara kita prajurit yang beragama selain Islam, dianjurkan untuk melakukannya menurut ajaran agama dan kepercayaan masing-masing. Sebagai lafaz-lafaz yang di populerkan oleh EMHA AINUN NADJIB dalam kasetnya ' MENYORONG REMBULAN' dan kami yakin bahwa EMHA akan bersedia meluangkan waktu melatih prajurit-prajurit kita untuk mengamalkannya.

Demikianlah sumbangan pemikiran kami, semoga ada manfaatnya. Amin

Wassalam
Abubakar Chered

Comments

Popular posts from this blog

MATI KETAWA CARA REFOTNASI(4)

Seri PadangBulan (87) MATI KETAWA CARA REFOTNASI Bagian 4 ------------------------------------------------------------------------ Jangan Mau Jadi Akar. Kalau Pohon tak Berbuah Blimbing Tidak ada satu forum, jamaah maupun komunitas rakyat yang tidak bertanya dan menggelisahkan soal lahirnya terlalu banyak partai politik dewasa ini. Saya wajib menjawab sebisa-bisanya. "Begini lho, pohon itu kalau tak ada akarnya kan tidak akan tumbuh. Partai yang akar dukungannya dari rakyat tidak mantap, tentu mati sendiri. Kita harus jadi akar pohon yang mana. Lha selama ini Anda-Anda sudah bertemu dengan parpol yang mana?" "Belum ada." "Belum ada parpol yang bertamu ke rumah Anda?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melamar hati rakyat?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melakukan pendidikan politik langsung di kampung Anda ini?" "Belum!!" Selama Orde Baru kebanyakan Anda menjadi akar pohon besar rindang namun tidak ada buah

BANI ZAHID VAN KAUMAN

Setetes makna dari Al-Quran bisa menjadi tujuh samudera ilmu bagi kehidupan kita. itu pun, kalau kita syukuri: La adzidannakum, akan Kutambah lagi, kata Allah. Lebih dari itu, tetes ilmu itu dengan kehidupan kita terus 'bekerja' untuk menjadi ilmu demi ilmu lagi. Sungguh Allah membimbing kita untuk menjadi 'arif (mengetahui) dan 'alim (mengerti), bahkan 'amil, pekerja dari pengetahuan dan pengertian dari-Nya itu. Maka, di hari kedua 'kopi Al-Quran', bertamulah ke rumah kontrakan saya seorang tua yang saleh. Bersepeda, memakai sarung, berpeci, sehat dan penuh senyum ceria. Betapa kagetnya saya! Sudah beberapa bulan ini saya straumatik' terhadap setiap tamu: begitu ada 'kulo nuwun' Iangsung saya merasa akan ditodong, dirampok, diperas . Tetapi kedatangan abah tua ini terasa sebagai embun yang menetesi ubun-ubun saya. Sambil rnenyalami beliau, saya bertanyatanya dalam .hati: "Pantaskah saya mendapat kehormatan ditamui seorang yang sampai usia s

MOHON BERSABAR

Seri PadangBulan (98) MOHON BERSABAR ------------------------------------------------------------------------ Markas Hamas, Padangbulan, Kiai Kanjeng, Cak Nun, (tempat program-program "Shalawat, Bernyanyi, Pendidikan Politik, Jamaah Ekonomi, Silaturahmi Kebangsaan danKemanusiaan" digodog) memohon dengan sangat para pengundang di bawah ini (yang terdaftar sampai 10 Nopember 1998) bersabar menunggu giliran jawaban. Undangan acara-acara terpaksa dimohon kearifannya untuk diskedul seirama dengan effisien dan effektifnya route perjalanan acara Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng. Setiap lingkaran wilayah dirangkaikan menjadi satu putaran, agar mondar-mandirnya Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng tidak terlalu boros waktu dan tenaga. Sehari maksimal 5 (lima) acara yang diperhitungkan pembagian waktunya di suatu lingkaran wilayah yang bisa dijangkau. Yang manusiawi sepertinya cukup 3 (acara) dalam sehari. Contoh terakhir (10 Nopember 1998), acara Cak Nun/Kiai Kanjeng/Hamas di Undip, kemudian IAIN &qu