Skip to main content

HARI PAHLAWAN DI IAIN WALISANGA

Seri PadangBulan (128)

Berita dari Semarang :
------------------------------------------------------------------------
Dari UNDIP, rombongan Cak Nun dan HAMAS langsung naik bukit ke kampus putih IAIN Walisanga Semarang. Jam 14. 30 tepat Cak Nun mulai berdialog dengan sekitar 1500 mahasiswa yang memenuhi gedung Auditorium di kampus pusat. Tidak tanggung-tanggung, Cak Nun didaulat untuk menuntaskan acara tersebut sampai pukul 17.00 WIB. Alasan mereka adalah, kerinduan yang sudah tak tertahan untuk dapat berdialog langsung dan sekaligus bershalawat bersama dengan Cak Nun dan HAMAS. Bahkan rektornya sendiri; Bp. Zamakhsyari Dhofir, pun tak diperbolehkan memberi sambutan lebih dari 10 menit. Bukan main!

Cak Nun banyak mengulas tentang perjalanan reformasi, pada bagian-bagian yang selama ini tidak banyak diulas oleh media massa. Ada hal yang patut digarisbawahi, terutama mengenai bagaiamana seharusnya mensikapi perubahan yang berlangsung dari menit ke menit. Bagaimana hati kita tidak tertutup oleh sebuah nafsu untuk menghujat dan mengumpat, karena bagaimanapun Allah dan RasulNYA tidak pernah mengajarkan pada kita untuk tidak terbuka pada niat baik pertobatan. Jadi, siapapun orangnya, sangat berhak untuk mendapatkan keadilan, apapun bentuknya. Niat baik reformasi tidak boleh dikotori oleh kepentingan-kepentingan sepihak yang hanya mengedepankan nafsu.

Untaian shalawat baik yang dikumandangkan oleh Ki Sudrun, Adib , Haddad maupun Emha sangat antusias mereka ikuti. Yang paling banyak dapat sambutan adalah ketika secara bergantian Emha dan Sudrun melantunkan suluk "..sayang, sayang, sayang..reformasi nggak mau ngaji..."dst. Ini bisa dimengerti, karena tema yang diangkat tersebut memang sangat sinkron dengan semakin tak jelasnya arah reformasi yang didengung-dengungkan selama ini. Bahkan saking asyiknya, rombongan Cak Nun dan HAMAS sampai lupa bahwa limit waktu jam 17.00 sudah berlalu. Alhamdulillah, keseluruhan acara dapat berlangsung dengan lancar. Rombongan siap-siap ke Pati. (Set)

Comments

Popular posts from this blog

MATI KETAWA CARA REFOTNASI(4)

Seri PadangBulan (87) MATI KETAWA CARA REFOTNASI Bagian 4 ------------------------------------------------------------------------ Jangan Mau Jadi Akar. Kalau Pohon tak Berbuah Blimbing Tidak ada satu forum, jamaah maupun komunitas rakyat yang tidak bertanya dan menggelisahkan soal lahirnya terlalu banyak partai politik dewasa ini. Saya wajib menjawab sebisa-bisanya. "Begini lho, pohon itu kalau tak ada akarnya kan tidak akan tumbuh. Partai yang akar dukungannya dari rakyat tidak mantap, tentu mati sendiri. Kita harus jadi akar pohon yang mana. Lha selama ini Anda-Anda sudah bertemu dengan parpol yang mana?" "Belum ada." "Belum ada parpol yang bertamu ke rumah Anda?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melamar hati rakyat?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melakukan pendidikan politik langsung di kampung Anda ini?" "Belum!!" Selama Orde Baru kebanyakan Anda menjadi akar pohon besar rindang namun tidak ada buah

BANI ZAHID VAN KAUMAN

Setetes makna dari Al-Quran bisa menjadi tujuh samudera ilmu bagi kehidupan kita. itu pun, kalau kita syukuri: La adzidannakum, akan Kutambah lagi, kata Allah. Lebih dari itu, tetes ilmu itu dengan kehidupan kita terus 'bekerja' untuk menjadi ilmu demi ilmu lagi. Sungguh Allah membimbing kita untuk menjadi 'arif (mengetahui) dan 'alim (mengerti), bahkan 'amil, pekerja dari pengetahuan dan pengertian dari-Nya itu. Maka, di hari kedua 'kopi Al-Quran', bertamulah ke rumah kontrakan saya seorang tua yang saleh. Bersepeda, memakai sarung, berpeci, sehat dan penuh senyum ceria. Betapa kagetnya saya! Sudah beberapa bulan ini saya straumatik' terhadap setiap tamu: begitu ada 'kulo nuwun' Iangsung saya merasa akan ditodong, dirampok, diperas . Tetapi kedatangan abah tua ini terasa sebagai embun yang menetesi ubun-ubun saya. Sambil rnenyalami beliau, saya bertanyatanya dalam .hati: "Pantaskah saya mendapat kehormatan ditamui seorang yang sampai usia s

MOHON BERSABAR

Seri PadangBulan (98) MOHON BERSABAR ------------------------------------------------------------------------ Markas Hamas, Padangbulan, Kiai Kanjeng, Cak Nun, (tempat program-program "Shalawat, Bernyanyi, Pendidikan Politik, Jamaah Ekonomi, Silaturahmi Kebangsaan danKemanusiaan" digodog) memohon dengan sangat para pengundang di bawah ini (yang terdaftar sampai 10 Nopember 1998) bersabar menunggu giliran jawaban. Undangan acara-acara terpaksa dimohon kearifannya untuk diskedul seirama dengan effisien dan effektifnya route perjalanan acara Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng. Setiap lingkaran wilayah dirangkaikan menjadi satu putaran, agar mondar-mandirnya Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng tidak terlalu boros waktu dan tenaga. Sehari maksimal 5 (lima) acara yang diperhitungkan pembagian waktunya di suatu lingkaran wilayah yang bisa dijangkau. Yang manusiawi sepertinya cukup 3 (acara) dalam sehari. Contoh terakhir (10 Nopember 1998), acara Cak Nun/Kiai Kanjeng/Hamas di Undip, kemudian IAIN &qu