Seri PadangBulan (122)
BERJUANG JANGAN KARENA SAKIT HATI
Berita dari Jombang :
------------------------------------------------------------------------
Salah seorang jamaah Padhang mBulan tanpa tedheng aling-aling , bertanya kepada rombongan Barisan Nasional (BARNAS) yang datang ke Pengajian Padhang mBulan, 4 November 1998 lalu. "Apa alasan berdirinya Barnas? Apakah karena sakit hati pada pemerintah atau karena kepentingan politik tertentu?".
Rombongan BARNAS, Kemal Idris, Syaiful Sulun dan beberapa anggota lainnya, diwakili mantan Dubes RI di Rusia, Rachmat Witoelar, menjawab. "Saya kira rakyat Indonesia sudah puluhan tahun sakit hati. Dan kini kami melihat pemerintah kurang peka menangkap rasa sakit hatinya rakyat tersebut. Jadi kami lahir untuk menyuarakan sakit hati rakyat tersebut, meskipun kami tidak berpolitik dan mencari kedudukan,"jawabnya. Rahmat kemudian mengurai sejumlah logika berpikir di mana gerakan Barnas adalah gerakan moral yang mewakili suara sakit hatinya masyarakat.
Menangkap jawaban Rahmat Witoelar, Emha yang memoderatoridialog tersebut kemudian menyitir sebuah kisah tentang bagaimana Khalifah Sayyidina Ali, ketika suatu hari akan membunuh musuhnya, ia batalkan karena sebelum pedang ia hunuskan, ternyata musuhnya meludahi Sayyidina Ali.
"Beliau tidak jadi membunuh karena tidak mau membunuh berdasarkan sakit hati setelah ia diludahi. Jadi janganlah sekali-kali melakukan sesuatu karena sakit hati, jangan berjuang karena sakit hati, karena yang akan lahir adalah kebencian, caci maki dan nafsu. Berjuanglah karena memang menegakan kebenaran, menyampaikan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Ini semua tidak ada kaitannya dengan sakit hati."
Dialog pun kemudian mengalir hingga tengah malam, apalagi malam itu Duta Besar Iran, Sayyid Mukhsin Nabawi dan sejumlah staf Kedubes melangsungkan dialog dan bershalawat dengan mesra dengan jamaah pengajian Padhang mBulan.
"Rakyat Indonesia harus bersatu, mandiri dan tidak mau dipengaruhi negara lain. Kalau itu dilakukan, Insya Allah Indonesia akan maju," papar Dubes Iran yang diterjemahkan seorang stafnya.
"Indonesia adalah teman Iran dalam diplomasi-diplomasi Islam di dunia internasional. Jadi jadikan Indonesia negara maju yang tidak terpengaruh negara lain. Mandiri dan percaya akan kemampuan sendiri,"papar Sayyadi Mukhsin yang mengaku sangat terharu dapat bershalawat, memuji kebesaran Allah bersama ribuan jamaah pengajian Padhang mBulan. (yus,hil)
BERJUANG JANGAN KARENA SAKIT HATI
Berita dari Jombang :
------------------------------------------------------------------------
Salah seorang jamaah Padhang mBulan tanpa tedheng aling-aling , bertanya kepada rombongan Barisan Nasional (BARNAS) yang datang ke Pengajian Padhang mBulan, 4 November 1998 lalu. "Apa alasan berdirinya Barnas? Apakah karena sakit hati pada pemerintah atau karena kepentingan politik tertentu?".
Rombongan BARNAS, Kemal Idris, Syaiful Sulun dan beberapa anggota lainnya, diwakili mantan Dubes RI di Rusia, Rachmat Witoelar, menjawab. "Saya kira rakyat Indonesia sudah puluhan tahun sakit hati. Dan kini kami melihat pemerintah kurang peka menangkap rasa sakit hatinya rakyat tersebut. Jadi kami lahir untuk menyuarakan sakit hati rakyat tersebut, meskipun kami tidak berpolitik dan mencari kedudukan,"jawabnya. Rahmat kemudian mengurai sejumlah logika berpikir di mana gerakan Barnas adalah gerakan moral yang mewakili suara sakit hatinya masyarakat.
Menangkap jawaban Rahmat Witoelar, Emha yang memoderatoridialog tersebut kemudian menyitir sebuah kisah tentang bagaimana Khalifah Sayyidina Ali, ketika suatu hari akan membunuh musuhnya, ia batalkan karena sebelum pedang ia hunuskan, ternyata musuhnya meludahi Sayyidina Ali.
"Beliau tidak jadi membunuh karena tidak mau membunuh berdasarkan sakit hati setelah ia diludahi. Jadi janganlah sekali-kali melakukan sesuatu karena sakit hati, jangan berjuang karena sakit hati, karena yang akan lahir adalah kebencian, caci maki dan nafsu. Berjuanglah karena memang menegakan kebenaran, menyampaikan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Ini semua tidak ada kaitannya dengan sakit hati."
Dialog pun kemudian mengalir hingga tengah malam, apalagi malam itu Duta Besar Iran, Sayyid Mukhsin Nabawi dan sejumlah staf Kedubes melangsungkan dialog dan bershalawat dengan mesra dengan jamaah pengajian Padhang mBulan.
"Rakyat Indonesia harus bersatu, mandiri dan tidak mau dipengaruhi negara lain. Kalau itu dilakukan, Insya Allah Indonesia akan maju," papar Dubes Iran yang diterjemahkan seorang stafnya.
"Indonesia adalah teman Iran dalam diplomasi-diplomasi Islam di dunia internasional. Jadi jadikan Indonesia negara maju yang tidak terpengaruh negara lain. Mandiri dan percaya akan kemampuan sendiri,"papar Sayyadi Mukhsin yang mengaku sangat terharu dapat bershalawat, memuji kebesaran Allah bersama ribuan jamaah pengajian Padhang mBulan. (yus,hil)
Comments