Skip to main content

"BOCAH ANGON" DI LAMTENG

Seri PadangBulan (131)

Berita dari Metro :
------------------------------------------------------------------------

KONSEP--laku kehidupan budayawan muda Emha Ainun Nadjib yang diartikulasikan dalam filosofi bocah angon (penggembala) atau konsep Blimbing bergigir lima--tembang ilir-ilir gubahan Sunan Ampel, ternyata klop dengan falsafah hidup yang tetap diemban dengan konsisten oleh HM Nurdin SH.

Nurdin, Setwilda Lamteng ini, dengan gamblang berujar,"konsep filosofi bocah angonnya Cak Nun itu dengan saya sama. Cuma bahasanya saja yang beda. Kalau dalam bahasa saya, jadi pejabat itu jangan gembede, tetapi harus nggedekne sing durung gede (jangan sok besar,dan harus membesarkan yang belum besar,red). Jadi sama thoo... artinya dengan cah angonnya Cak Nun?" kata Nurdin dalam percakapan dengan LE, baru-baru ini.

Maka Nurdin, kehadiran Cak Nun di depan ribuan jamaah umat Islam Metro 8 November lalu, mau tak mau menjadi semacam spirit moral tersendiri buat meneguhkan obsesinya. Nurdin juga bilang, sebagai seorang pejabat dirinya tidak merasa tersinggung dengan kritik-kritik pedas dan blak-blakkan Cak Nun.

"Kenapa muasti tersinggung, kenapa marah. Yang mungkin tersinggung dan marah itu 'kan, kalau mereka itu tindak tanduknya seperti yang dikritik Cak Nun itu. Bagi saya pribadi, justru merasa sangat terima kasih, diingatkan, diberi ular-ular (wejangan,red) dan diajak untuk tahu diri, mengasah kepekaan nurani dan menanamkan kesadaran ilahiah." Tapi di Metro ini dulu Cak Nun sering dicekal? "Lho saya tidak pernah mencekal." "Maksudnya yang mencekal itu Pemda," "Yaa tanyakan saja kepada pejabat yang mencekal itu,"kata Nurdin lagi.

Memang dalam penampilan kesehariannya, Sekwilda Lamteng ini tergolong sosok pejabat dan pemimpin sederhana, low profil, dekat dengan rakyat, berjiwa kebapakan, serta kental watak mengayominya (melindungi). Istilah ojo sok gembede dan nggedekne sing durung gede, tak pernah lupa meluncur dari bibir Nurdin, dalam setiap kesempatan mewejang pejabat-pejabat baru di daerah ini. Dan itu bukan basa-basi, performance Nurdin yang satu ini, betul-betul menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang memancarkan nur... memancarkan cahaya...bagi masyarakatnya* (Syamsul Arifien-Metro,Lampung)

Comments

Popular posts from this blog

MATI KETAWA CARA REFOTNASI(4)

Seri PadangBulan (87) MATI KETAWA CARA REFOTNASI Bagian 4 ------------------------------------------------------------------------ Jangan Mau Jadi Akar. Kalau Pohon tak Berbuah Blimbing Tidak ada satu forum, jamaah maupun komunitas rakyat yang tidak bertanya dan menggelisahkan soal lahirnya terlalu banyak partai politik dewasa ini. Saya wajib menjawab sebisa-bisanya. "Begini lho, pohon itu kalau tak ada akarnya kan tidak akan tumbuh. Partai yang akar dukungannya dari rakyat tidak mantap, tentu mati sendiri. Kita harus jadi akar pohon yang mana. Lha selama ini Anda-Anda sudah bertemu dengan parpol yang mana?" "Belum ada." "Belum ada parpol yang bertamu ke rumah Anda?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melamar hati rakyat?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melakukan pendidikan politik langsung di kampung Anda ini?" "Belum!!" Selama Orde Baru kebanyakan Anda menjadi akar pohon besar rindang namun tidak ada buah

BANI ZAHID VAN KAUMAN

Setetes makna dari Al-Quran bisa menjadi tujuh samudera ilmu bagi kehidupan kita. itu pun, kalau kita syukuri: La adzidannakum, akan Kutambah lagi, kata Allah. Lebih dari itu, tetes ilmu itu dengan kehidupan kita terus 'bekerja' untuk menjadi ilmu demi ilmu lagi. Sungguh Allah membimbing kita untuk menjadi 'arif (mengetahui) dan 'alim (mengerti), bahkan 'amil, pekerja dari pengetahuan dan pengertian dari-Nya itu. Maka, di hari kedua 'kopi Al-Quran', bertamulah ke rumah kontrakan saya seorang tua yang saleh. Bersepeda, memakai sarung, berpeci, sehat dan penuh senyum ceria. Betapa kagetnya saya! Sudah beberapa bulan ini saya straumatik' terhadap setiap tamu: begitu ada 'kulo nuwun' Iangsung saya merasa akan ditodong, dirampok, diperas . Tetapi kedatangan abah tua ini terasa sebagai embun yang menetesi ubun-ubun saya. Sambil rnenyalami beliau, saya bertanyatanya dalam .hati: "Pantaskah saya mendapat kehormatan ditamui seorang yang sampai usia s

MOHON BERSABAR

Seri PadangBulan (98) MOHON BERSABAR ------------------------------------------------------------------------ Markas Hamas, Padangbulan, Kiai Kanjeng, Cak Nun, (tempat program-program "Shalawat, Bernyanyi, Pendidikan Politik, Jamaah Ekonomi, Silaturahmi Kebangsaan danKemanusiaan" digodog) memohon dengan sangat para pengundang di bawah ini (yang terdaftar sampai 10 Nopember 1998) bersabar menunggu giliran jawaban. Undangan acara-acara terpaksa dimohon kearifannya untuk diskedul seirama dengan effisien dan effektifnya route perjalanan acara Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng. Setiap lingkaran wilayah dirangkaikan menjadi satu putaran, agar mondar-mandirnya Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng tidak terlalu boros waktu dan tenaga. Sehari maksimal 5 (lima) acara yang diperhitungkan pembagian waktunya di suatu lingkaran wilayah yang bisa dijangkau. Yang manusiawi sepertinya cukup 3 (acara) dalam sehari. Contoh terakhir (10 Nopember 1998), acara Cak Nun/Kiai Kanjeng/Hamas di Undip, kemudian IAIN &qu