Seri PadangBulan (108)
TOMBO ATI
------------------------------------------------------------------------
Adalah Imam Nawawi, lengkapnya, Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf bin Mary Hasan an-Nawawi dari Damascus, yang banyak menulis kitab-kitab hadits, fiqih dan tafsir al-Qur'an. Beliaulah yang menulis kitab
Riy稘hus-Sh稷ih絜,
Minh稻uth-Th稷ib絜",
"Bust穗ul-Arif絜" dan masih banyak lagi lainnya. Hingga sekarang kitab-kitab tersebut masih aktif diajarkan di pondok-pondok pesantren salaf [dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indoen-sia oleh banyak penerbit.
Dari karangan-karangan beliau itulah yang akhirnya saya temukan fatwa "Tombo Ati", yang dikutib di dua kitabnya yang berjudul "Al-Adzk穩" dan "At-Tiby穗"-dua kitab yang berbicara tentang dzikir dan tatacara membaca al-Qur'an. Maka dari sini pula kita dapat mengetahui, bahwa "Tombo Ati" itu ternyata karya Syaikh Ibrahim al-Khawwash, ditulis sejak lebih dari tujuh seten-gah abad yang silam.
Maka tidak heran, jika "Tombo Ati" kemudian cepat dikenal di kalangan santri-santri, lantas memasuki semua surau-surau dan masjid-masjid, menjadi dzikir abadi pada setiap menjelang sholat berjamaah. Sebab Imam Nawawi-yang wafat pada usia 45 tahun dan dalam keadaan masih membujang-itu memang sudah sangat dikenal di negeri kita. kitab-kitabnya selalu menjadi bacaan pokok di pesan-tren-pesantren.
Namun tujuan Imam Nawawi dalam mengutip karya Ibrahim al-Khawwash tersebut adalah untuk mengingatkan ummat Islam agar kalau membaca al-Qur'an harus benar-benar meresapi maknanya, harus berusaha mendapatkan barakah dari setiap sudut kalimat dan ayat-ayat yang dibaca, sebagaimana yang ditekankan oleh Allah swt, "Inilah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, agar mereka memperhatikan simbul-simbulnya, dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapat pelajaran." (Qs. Sh稘: 29).
Memang begitulah yang ditekankan oleh "Tombo Ati" dalam urutan nomor pertama. Sebab al-Qur'an itu Y"asyf・sud皞a mukmin絜-mampu menyembuhkan jiwa orang-orang mukmin. Sedang nomer selanjutnya adalah 'lakukanlah shalat malam'. Karena shalat malam itu merupakan gua Khira'-nya Ummat Muhammad, dan al-Qur'an sebagai kendaraan tercepat untuk Isra' dan Mi'raj-nya pikiran-pikiran spiritual, sehingga kita mampu mengenal rahasia Allah di setiap getaran nafas dan akal kita.
Seorang guru yang sangat arif berpesan kepada seorang murid-nya yang bernama Khumaini, "Bacalah [al-Qur'an] surat al-Hasyr setiap hari, terutama pada tengah malam ketika jiwa dan alam dalam keadaan tenang. Ini sangat mujarab untuk menyembuhkan jiwa dan mencegah keburukan diri dari pengaruh syetan." Itulah nasihat seorang guru yang selalu diingat oleh Imam Ayatullah Khumaini sampai ia menjadi pemimpin revolusi Republik Rakyat Iran.
Dalam Padhang mBulan No. 5 yang lalu, saya telah membahas surat al-Baqarah sebagai tahap perjalanan Isra' spiritual-perja-lanan horizontal- atau perjalanan sosial, perjalanan undang-undang kemanusiaan dan perjalanan jejak-jejak sejarah dengan segala kondisi keluhuran dan kerusakannya, sehingga sampailah kita kepada seekor sapi orang Yahudi yang oleh Nabi Musa disuruh menyembelihnya. Sebab dengan penyembelihan itu, maka semua kebo-hongan seorang pembunuh akan terungkap. Semua harta yang tertim-bun dengan melimpah akan jatuh tertumpah dan akan mengalir kepada fakir miskin. Siapa pembunuh dan siapa perampok telah terungkap dengan sendirinya. Entah kenapa, hanya sapi yang berwarna kuning yang dibutuhkan Nabi Musa untuk disembelih.
"Tombo Ati" selanjutnya, adalah mengosongkan perut, sebab ketika perut sedang kosong, akan ada jaminan bahwa kita tidak akan mengantuk di saat melakukan shalat tengah malam. Kemudian yang ditekankan lagi oleh Ibrahim al-Khawwash adalah mengakrabi orang-orang yang shaleh. Orang shaleh yang dimaksud adalah orang yang baik dalam berhubungan dengan Allah dan sesama hamba-Nya.
Nomer lima, adalah dzikir malam-menjelang fajar. Dzikir malam adalah pernyataan diri terhadap yang Maha Satu. Dan karena dzikir itu aktivitas bathin, maka kita tidak perlu lagi bersuara keras, apalagi dengan menggunakan loud-speaker yang dapat memban-gunkan orang-orang sekampung. Allah sendiri tidak menghendaki demikian, seperti dalam firman-Nya, "Ingatlah Tuhanmu dalam jiwamu, dengan rendah hati dan takut, bukan dengan suara keras, pada pagi dan petang hari." (Qs. al-A`r稠: 205).
Kalau kita sudah berdzikir dengan menggunakan konsep al-Qur'an, insya Allah segala penyakit akan menjadi tanggungan Allah. Kita tidak terkena beban untuk memikirkannya. Sebab hanya cahaya Allah yang akan memenuhi pikiran kita, hanya cinta kita dan cinta Allah yang akan selalu melayang-layang menaiki derajat maqam lebih tinggi.[]
Oleh : Hamim Ahmad
TOMBO ATI
------------------------------------------------------------------------
Adalah Imam Nawawi, lengkapnya, Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf bin Mary Hasan an-Nawawi dari Damascus, yang banyak menulis kitab-kitab hadits, fiqih dan tafsir al-Qur'an. Beliaulah yang menulis kitab
Riy稘hus-Sh稷ih絜,
Minh稻uth-Th稷ib絜",
"Bust穗ul-Arif絜" dan masih banyak lagi lainnya. Hingga sekarang kitab-kitab tersebut masih aktif diajarkan di pondok-pondok pesantren salaf [dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indoen-sia oleh banyak penerbit.
Dari karangan-karangan beliau itulah yang akhirnya saya temukan fatwa "Tombo Ati", yang dikutib di dua kitabnya yang berjudul "Al-Adzk穩" dan "At-Tiby穗"-dua kitab yang berbicara tentang dzikir dan tatacara membaca al-Qur'an. Maka dari sini pula kita dapat mengetahui, bahwa "Tombo Ati" itu ternyata karya Syaikh Ibrahim al-Khawwash, ditulis sejak lebih dari tujuh seten-gah abad yang silam.
Maka tidak heran, jika "Tombo Ati" kemudian cepat dikenal di kalangan santri-santri, lantas memasuki semua surau-surau dan masjid-masjid, menjadi dzikir abadi pada setiap menjelang sholat berjamaah. Sebab Imam Nawawi-yang wafat pada usia 45 tahun dan dalam keadaan masih membujang-itu memang sudah sangat dikenal di negeri kita. kitab-kitabnya selalu menjadi bacaan pokok di pesan-tren-pesantren.
Namun tujuan Imam Nawawi dalam mengutip karya Ibrahim al-Khawwash tersebut adalah untuk mengingatkan ummat Islam agar kalau membaca al-Qur'an harus benar-benar meresapi maknanya, harus berusaha mendapatkan barakah dari setiap sudut kalimat dan ayat-ayat yang dibaca, sebagaimana yang ditekankan oleh Allah swt, "Inilah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, agar mereka memperhatikan simbul-simbulnya, dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapat pelajaran." (Qs. Sh稘: 29).
Memang begitulah yang ditekankan oleh "Tombo Ati" dalam urutan nomor pertama. Sebab al-Qur'an itu Y"asyf・sud皞a mukmin絜-mampu menyembuhkan jiwa orang-orang mukmin. Sedang nomer selanjutnya adalah 'lakukanlah shalat malam'. Karena shalat malam itu merupakan gua Khira'-nya Ummat Muhammad, dan al-Qur'an sebagai kendaraan tercepat untuk Isra' dan Mi'raj-nya pikiran-pikiran spiritual, sehingga kita mampu mengenal rahasia Allah di setiap getaran nafas dan akal kita.
Seorang guru yang sangat arif berpesan kepada seorang murid-nya yang bernama Khumaini, "Bacalah [al-Qur'an] surat al-Hasyr setiap hari, terutama pada tengah malam ketika jiwa dan alam dalam keadaan tenang. Ini sangat mujarab untuk menyembuhkan jiwa dan mencegah keburukan diri dari pengaruh syetan." Itulah nasihat seorang guru yang selalu diingat oleh Imam Ayatullah Khumaini sampai ia menjadi pemimpin revolusi Republik Rakyat Iran.
Dalam Padhang mBulan No. 5 yang lalu, saya telah membahas surat al-Baqarah sebagai tahap perjalanan Isra' spiritual-perja-lanan horizontal- atau perjalanan sosial, perjalanan undang-undang kemanusiaan dan perjalanan jejak-jejak sejarah dengan segala kondisi keluhuran dan kerusakannya, sehingga sampailah kita kepada seekor sapi orang Yahudi yang oleh Nabi Musa disuruh menyembelihnya. Sebab dengan penyembelihan itu, maka semua kebo-hongan seorang pembunuh akan terungkap. Semua harta yang tertim-bun dengan melimpah akan jatuh tertumpah dan akan mengalir kepada fakir miskin. Siapa pembunuh dan siapa perampok telah terungkap dengan sendirinya. Entah kenapa, hanya sapi yang berwarna kuning yang dibutuhkan Nabi Musa untuk disembelih.
"Tombo Ati" selanjutnya, adalah mengosongkan perut, sebab ketika perut sedang kosong, akan ada jaminan bahwa kita tidak akan mengantuk di saat melakukan shalat tengah malam. Kemudian yang ditekankan lagi oleh Ibrahim al-Khawwash adalah mengakrabi orang-orang yang shaleh. Orang shaleh yang dimaksud adalah orang yang baik dalam berhubungan dengan Allah dan sesama hamba-Nya.
Nomer lima, adalah dzikir malam-menjelang fajar. Dzikir malam adalah pernyataan diri terhadap yang Maha Satu. Dan karena dzikir itu aktivitas bathin, maka kita tidak perlu lagi bersuara keras, apalagi dengan menggunakan loud-speaker yang dapat memban-gunkan orang-orang sekampung. Allah sendiri tidak menghendaki demikian, seperti dalam firman-Nya, "Ingatlah Tuhanmu dalam jiwamu, dengan rendah hati dan takut, bukan dengan suara keras, pada pagi dan petang hari." (Qs. al-A`r稠: 205).
Kalau kita sudah berdzikir dengan menggunakan konsep al-Qur'an, insya Allah segala penyakit akan menjadi tanggungan Allah. Kita tidak terkena beban untuk memikirkannya. Sebab hanya cahaya Allah yang akan memenuhi pikiran kita, hanya cinta kita dan cinta Allah yang akan selalu melayang-layang menaiki derajat maqam lebih tinggi.[]
Oleh : Hamim Ahmad
Comments