Skip to main content
Seri PadangBulan (115)

KERUSUHAN DESEMBER 1998 JANUARI 1999 DAN PERTEMUAN KENEGARAWANAN

------------------------------------------------------------------------

Dengan melupakan kejengkelan atas anggapan subyektif Pemerintah RI yang merasa telah mampu menguasai keadaan, juga semua pihak yang merasa bahwa benturan nasional sudah reda -- kami terus memohon kepada Allah swt. dan akan mengadakan acara syukuran besar jika bulan Desember 1998 dan Januari 1999 Indonesia terhindar dari kerusuhan besar atau kecil. Kami akan lebih mengintensifkan kegiatan keliling nusantara bertemu langsung dengan rakyat kecil jika yang mengerikan itu terjadi.

Di Republik yang hampir total disorganized ini kami berharap akan ada upaya 'gencatan senjata' untuk melokalisir konflik nasional, umapamanya melalui inisiatif Pertemuan Kenegarawanan. Pertemuan ini tidak pada level konstitusi, karena terbukti kekakuan konstitusi itu sendirilah yang meminta korban begitu banyak pada peristiwa 12 dan 13 November 1998. Pertemuan ini semacam upaya moral-kultural di atas konstitusi, semacam upaya kearifan nasionalisme, yang mungkin bisa melenturkan pola-pola hubungan antar berbagai komponen inti dari kehidupan bernegara mutakhir, yang kemauan dan sikap berbenturan secara brubuh dan saling silang.

Forum kenegarawanan ini seyogyanya mempertemukan:
(1) Para wakil mahasiswa yang telah mempersatukan visinya dan menunjuk wakil-wakilnya,
(2) Wakil pemerintah yang harus menghindar dari fenomena "Orde Baru Mlungsungi " itu,
(3) Wakil ABRI yang kebingungan itu,
(4) Wakil DPR/MPR yang syubhat itu,
(5) Empat pelaku Deklarasi Ciganjur yang ditokohkan itu,
(6) Para Rohaniawan dari semua Agama,
(7) Satu dua Tetua bangsa yang kalau namanya disebut, orang tidak ribut.
(8) Syukur menghadirkan Allah swt, Muhammad saw, para Rasul lainnya dan Walisongo.

Forum Kenegarawanan ini hendaknya melahirkan sekurang-kurangnya dua kesepakatan. Pertama, apapun perbedaan pendapat dan perbenturan kemauan di antara mereka, namun ada kesepakatan untuk menghindarkan segala kemungkinan yang bisa menimbulkan bentrokan kekerasan. Kedua, kesepakatan yang mencerminkan kematangan kenegarawanan dan kearifan kebangsaan, di mana kekerasan konstitusi dan kekerasan tuntutan di luar konstitusi bisa saling melenturkan dan memberi ruang.

Kalau Forum Kenegarawanan ini tidak sanggup melahirkan keredaan situasi kekerasan berkala, berarti
(1). Potensi disintegrasi bangsa tidak bisa dihindarkan lagi, apapun bentuknya,
(2). Harus ditunggu proses pembusukan nasional sampai ke titik puncak yang mengerikan,
(3) Mempersilahkan semua warganegara RI untuk memilih caranya sendiri untuk selamat atau hancur.

Himpunan Masyarakat Shalawat
Gading Indah Utara VI NH.10 No.17 Kelapa Gading Jakarta Utara
Fax 021-4507410, Telp. 021-4500233, HL-08161975511

Comments

Popular posts from this blog

MATI KETAWA CARA REFOTNASI(4)

Seri PadangBulan (87) MATI KETAWA CARA REFOTNASI Bagian 4 ------------------------------------------------------------------------ Jangan Mau Jadi Akar. Kalau Pohon tak Berbuah Blimbing Tidak ada satu forum, jamaah maupun komunitas rakyat yang tidak bertanya dan menggelisahkan soal lahirnya terlalu banyak partai politik dewasa ini. Saya wajib menjawab sebisa-bisanya. "Begini lho, pohon itu kalau tak ada akarnya kan tidak akan tumbuh. Partai yang akar dukungannya dari rakyat tidak mantap, tentu mati sendiri. Kita harus jadi akar pohon yang mana. Lha selama ini Anda-Anda sudah bertemu dengan parpol yang mana?" "Belum ada." "Belum ada parpol yang bertamu ke rumah Anda?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melamar hati rakyat?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melakukan pendidikan politik langsung di kampung Anda ini?" "Belum!!" Selama Orde Baru kebanyakan Anda menjadi akar pohon besar rindang namun tidak ada buah

BANI ZAHID VAN KAUMAN

Setetes makna dari Al-Quran bisa menjadi tujuh samudera ilmu bagi kehidupan kita. itu pun, kalau kita syukuri: La adzidannakum, akan Kutambah lagi, kata Allah. Lebih dari itu, tetes ilmu itu dengan kehidupan kita terus 'bekerja' untuk menjadi ilmu demi ilmu lagi. Sungguh Allah membimbing kita untuk menjadi 'arif (mengetahui) dan 'alim (mengerti), bahkan 'amil, pekerja dari pengetahuan dan pengertian dari-Nya itu. Maka, di hari kedua 'kopi Al-Quran', bertamulah ke rumah kontrakan saya seorang tua yang saleh. Bersepeda, memakai sarung, berpeci, sehat dan penuh senyum ceria. Betapa kagetnya saya! Sudah beberapa bulan ini saya straumatik' terhadap setiap tamu: begitu ada 'kulo nuwun' Iangsung saya merasa akan ditodong, dirampok, diperas . Tetapi kedatangan abah tua ini terasa sebagai embun yang menetesi ubun-ubun saya. Sambil rnenyalami beliau, saya bertanyatanya dalam .hati: "Pantaskah saya mendapat kehormatan ditamui seorang yang sampai usia s

MOHON BERSABAR

Seri PadangBulan (98) MOHON BERSABAR ------------------------------------------------------------------------ Markas Hamas, Padangbulan, Kiai Kanjeng, Cak Nun, (tempat program-program "Shalawat, Bernyanyi, Pendidikan Politik, Jamaah Ekonomi, Silaturahmi Kebangsaan danKemanusiaan" digodog) memohon dengan sangat para pengundang di bawah ini (yang terdaftar sampai 10 Nopember 1998) bersabar menunggu giliran jawaban. Undangan acara-acara terpaksa dimohon kearifannya untuk diskedul seirama dengan effisien dan effektifnya route perjalanan acara Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng. Setiap lingkaran wilayah dirangkaikan menjadi satu putaran, agar mondar-mandirnya Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng tidak terlalu boros waktu dan tenaga. Sehari maksimal 5 (lima) acara yang diperhitungkan pembagian waktunya di suatu lingkaran wilayah yang bisa dijangkau. Yang manusiawi sepertinya cukup 3 (acara) dalam sehari. Contoh terakhir (10 Nopember 1998), acara Cak Nun/Kiai Kanjeng/Hamas di Undip, kemudian IAIN &qu