Kenapa
dunia begitu ketakutan kepada Khilafah? Yang salah visi Khilafahnya
ataukah yang menyampaikan Khilafah kepada dunia? Sejak 2-3 abad yang
lalu para pemimpin dunia bersepakat untuk memastikan jangan pernah Kaum
Muslimin dibiarkan bersatu, agar dunia tidak dikuasai oleh Khilafah.
Maka
pekerjaan utama sejarah dunia adalah: dengan segala cara memecah belah
Kaum Muslimin. Kemudian, melalui pendidikan, media dan uang, membuat
Ummat Islam tidak percaya kepada Khilafah, AlQur`an dan Islam. Puncak
sukses peradaban dunia adalah kalau Kaum Muslimin, dengan hati dan
pikirannya, sudah memusuhi Khilafah. Hari ini di mata dunia, bahkan di
pandangan banyak Kaum Muslimin sendiri: Khilafah lebih terkutuk dan
mengerikan dibanding Komunisme dan Terorisme. Bahkan kepada setan dan
iblis, manusia tidak setakut kepada Khilafah.
Perkenankan
saya mundur dua langkah dan mencekung ke spektrum kecil. Juga maaf-maaf
saya menulis lagi tentang Khilafah. Ini tahadduts binni’mah, berbagi
kenikmatan. Banyak hal yang membuat saya panèn hikmah, pengetahuan, ilmu
dan berkah. Misalnya saya tidak tega kepada teman-teman yang mengalami
defisit masa depan karena kalap dan menghardik dan mengutuk-ngutuk tanpa
kelengkapan pengetahuan. Sementara saya yang memetik laba ilmu dan
berkahnya.
Ummat
manusia sudah berabad-abad melakukan penelitian atas alam dan kehidupan.
Maka mereka takjub dan mengucapkan “Robbana ma kholaqta hadza bathila”.
Wahai Maha Pengasuh, seungguh tidak sia-sia Engkau menciptakan semua
ini. Bahkan teletong Sapi, menjadi pupuk. Sampah-sampah alam menjadi
rabuk. Timbunan batu-batu menjadi mutiara. Penjajahan melahirkan
kemerdekaan. Kejatuhan menghasilkan kebangkitan. Penderitaan memberi
pelajaran tentang kebahagiaan.
Saya
juga tidak tega kepada teman-teman yang anti-Khilafah. Tidak tega
mensimulasikan nasibnya di depan Tuhan. Sebab mereka menentang konsep
paling mendasar yang membuat-Nya menciptakan manusia. Komponen
penyaringnya dol: anti HTI berarti anti Khilafah. Lantas menyembunyikan
pengetahuan bahwa anti Khilafah adalah anti Tuhan. “Inni ja’ilun fil
ardli khalifah”. Sesungguhnya aku mengangkat Khalifah di bumi. Ketika
menginformasikan kepada para staf-Nya tentang makhluk yang Ia ciptakan
sesudah Malaikat, jagat raya, Jin dan Banujan, yang kemudian Ia lantik –
Tuhan tidak menyebutnya dengan “Adam” atau “Manusia”, “Insan”, “Nas”
atau “makhluk hibrida baru”, melainkan langsung menyebutnya Khalifah.
Bukan sekadar “Isim” tapi juga langsung “Af’al”.
Konsep
Khilafah dengan pelaku Khalifah adalah bagian dari desain Tuhan atas
kehidupan manusia di alam semesta. Adalah skrip-Nya, visi missi-Nya,
Garis Besar Haluan Kehendak-Nya. Khilafah adalah UUD-nya Allah swt. Para
Wali membumikannya dengan mendendangkan: di alam semesta atau al’alamin
yang harus dirahmatkan oleh Khilafah manusia, adalah “tandure wis
sumilir, tak ijo royo-royo, tak sengguh temanten anyar”. Tugas Khalifah
adalah “pènèkno blimbing kuwi”. Etos kerja, amal saleh, daya juang
upayakan tidak mencekung ke bawah: “lunyu-lunyu yo penekno”. Selicin
apapun jalanan di zaman ini, terus panjatlah, terus memanjatlah, untuk
memetik “blimbing” yang bergigir lima.
Khilafah
adalah desain Tuhan agar manusia mencapai “keadilan sosial”, “gemah
ripah loh jinawi”, “rahmatan lil’alamin” atau “baldatun thayyibatun wa
Rabbun Ghofur”. Apanya yang ditakutkan? Apalagi Ummat Islam sudah
terpecah belah mempertengkarkan hukum kenduri dan ziarah kubur, celana
congklang dan musik haram, atau Masjid jadi ajang kudeta untuk boleh
tidaknya tahlilan dan shalawatan. Mungkin butuh satu milenium untuk
mulai takut kepada “masuklah ke dalam Islam sepenuh-penuhnya dan
bersama-sama”. Itu pun sebenarnya tidak menakutkan. Apalagi dunia
sekarang justru diayomi oleh “udkhulu fis-silmi kaffah”: masuklah ke
dalam Silmi sejauh kemampuanmu untuk mempersatukan dan membersamakan.
Hari-hari
ini jangan terlalu tegang menghadapi Kaum Muslimin. Kenduri yang
dipertentangkan adalah kenduri wèwèh ambengan antar tetangga, bukan
kenduri pasokan dana nasional. Toh juga dengan pemahaman ilmu yang tanpa
anatomi, banyak teman mengidentikkan dan mempersempit urusan Khilafah
dengan Hizbut Tahrir. HTI sendiri kurang hati-hati mewacanakan Khilafah
sehingga dunia dan Indonesia tahunya Khilafah adalah HTI, bukan
Muhammadiyah atau lainnya. Padahal HT maupun HTI bukan penggagas
Khilafah, bukan pemilik Khilafah dan bukan satu-satunya kelompok di
antara ummat manusia yang secara spesifik ditugasi oleh Allah untuk
menjadi Khalifah.
Setiap
manusia dilantik menjadi Khalifah oleh Allah. Saya tidak bisa
menyalahkan atau membantah Allah, karena kebetulan bukan saya yang
menciptakan gunung, sungai, laut, udara, tata surya, galaksi-galaksi.
Bahkan saya tidak bisa menyuruh jantung saya berdetak atau stop. Saya
tidak mampu membangunkan diri saya sendiri dari tidur. Saya tidak
sanggup memuaikan sel-sel tubuh saya, menjadwal buang air besar hari ini
jam sekian, menit kesekian, detik kesekian. Bahkan cinta di dalam kalbu
saya nongol dan menggelembung begitu saja, sampai seluruh alam semesta
dipeluknya -- tanpa saya pernah memprogramnya.
Jadi
ketika Tuhan bilang “Jadilah Pengelola Bumi”, saya tidak punya pilihan
lain. Saya hanya karyawan-Nya. Allah Big Boss saya. Meskipun dia kasih
aturan dasar “fa man sya`a falyu`min, wa man sya`a falyakfur”, yang
beriman berimanlah, yang ingkar ingkarlah – saya tidak mau kehilangan
perhitungan. Kalau saya menolak regulasi Boss, saya mau kerja di mana,
mau kos di mana, mau pakai kendaraan apa, mau bernapas dengan udara
milik siapa. Apalagi kalau saya tidur dengan istri, Tuhan yang berkuasa
membuatnya hamil. Bukan saya. Saya cuma numpang enak sebentar.
Hal-hal
seperti itu belum cukup mendalam dan rasional menjadi kesadaran
individual maupun kolektif Kaum Muslimin. Jadi, wahai dunia, apa yang
kau takutkan dari Khilafah? Andaikan Khilafah terwujud, kalian akan
diayomi oleh rahmatan lil’alamin. Andaikan ia belum terwujud, sampai
hari ini fakta di muka bumi belum dan bukan Khilafah, melainkan masih
Kaum Muslimin. Bahkan di pusatnya sana Islam tidak sama dengan Arab.
Arab tidak sama dengan Saudi. Saudi tidak sama dengan Quraisy. Quraisy
tidak sama dengan Badwy. Apa yang kau takutkan? Wahai dunia, jangan
ganggu kemenanganmu dengan rasa takut kepada fatamorgana. ***
Emha Ainun Nadjib
5 Agustus 2017
#Khasanah
- Get link
- X
- Other Apps
Comments