Skip to main content

Berhijrah dari Khatulistiwa ke Cakrawala (8)



Di Nusantara yang indah rumahku. Kamu harus tahu. Tanah permata tak kenal kecewa. Di Khatulistiwa…” (lirik Nusantara-1, Koes Plus).

Di Nusantara. Tentu di wilayah atau pulau tertentu, tetapi hatinya di dan untuk Nusantara. Di Nusantara. Tidak golongan tertentu. Hidupnya di dan untuk seluruh bangsanya. Di Khatulistiwa. Berdiri di tengah. Tegak di antara semuanya. Bersemayam di titik dan garis keseimbangan.
Tawashshuth. Khoirul umuri ausathuha. Tidak ber-parpol dengan mengambil seluruh Nusantara untuk parpol-nya. Tidak ber-pihak dengan menguasai seluruh tanah air demi pihaknya.

Karena Koes selalu di tengah, maka ia bisa diterima oleh barat timur utara selatan. Tapi bisa ditolak oleh semuanya. Atau dipersalahkan oleh barat dengan dituduh sebagai timur, atau dimanfaatkan oleh timur untuk menyerang barat. Sebenarnya tahun-tahun sebelum Koes dipenjara peta pergulatan politiknya mirip dengan yang berlangsung hari-hari ini. Tetapi tidak persis sama, sebab hulu-hilirnya berbeda, substansi ideologinya beda meskipun tampak luarnya sama.

Kanan hari ini sudah bukan kanan di era Koes dipenjara itu. Kiri juga bukan kiri yang dulu. Pada momentum “Ganyang Malaysia”, semua hapal lagu patriotisme NKRI: “Nasakom bersatu, singkirkan kepala batu, Nasakom satu kita, Sosialisme pasti jaya…”. Bung Karno meyakinkan rakyat bahwa Malaysia ketakutan: “Mereka teriak-teriak: Inggrissss… tuluuung… tuluuuuung… Amerikaaaa… tuluuung… tuluuuung…”. Kita di zaman Orla berpolitik kiri atau kanan? Kalau kiri, kok akrab dengan Amerika? Kalau kanan, kok Sosialisme pasti jaya?

Ah, begitulah politik. Kalau tak kau kenali dan pelajari, kau akan ditelan mentah-mentah olehnya. Kalau kau mengenali dan mempelajarinya, kau putus asa dan bisa mati nelangsa. Apalagi kalau kau Islam: kanan memperdayamu, kiri membencimu. Muhammad Natsir, yang Masyumi-nya dipaksa oleh Bung Karno untuk membubarkan diri, menyimpulkan: “Islam Beribadah, diberi tempat. Islam berdagang, diawasi. Islam Berpolitik, ditumpas”. Baik ketika Orla bersentuh-sentuh tangan dengan Amerika, maupun ketika mulai bergandeng tangan dengan RRC atau Uni Sovyet, nasib Islam sama.

Sekarang semua pun bersatu dalam pertengkaran yang tiada habisnya. Bersatu dalam tujuan: menyembah berhala, menguasai harta benda, mengangkangi dunia, minyak, tambang, semua hasil bumi. Penduduk bumi ada dua: perampok dan pengemis. Yang pengemis berjuang agar dijadikan staf perampok. Yang perampok, kalau terlempar dari kuasa perampokan, menjadi pengemis, dan berjuang untuk kembali merampok.

Para penduduk Khatulistiwa berkata: “Kenapa kau serahkan kebun kepada monyet-monyet?”. Lainnya kasih rekomendasi: “Percayakan kebun kepada monyet, sekurang-kurangnya monyet hanya mencuri pisang, dibanding manusia yang memakan apa saja seperti tikus got”. Ketika Koes digenggam oleh Kiri, mereka akan diselundupkan menjadi Intel. Ketika Kanan mengambil-alihnya, Koes direncanakan untuk dijadikan pelarian ke Malaysia untuk mendiskreditkan Bung Karno yang anti-Demokrasi. Tetapi itu tidak perlu dilakukan, karena toh Sukarno bisa dijatuhkan, setting up Supersemar berjalan mulus di Istana Bogor. Koes tak apa keluar dari Glodok sehari sebelum Gestapu.

Kini, satu persatu Koes berhijrah dari Khatulistiwa ke Cakrawala. “Orang yang berdiri di Cakrawala, menjadi kiblat kapal di samudera. Orang yang tegak di Cakrawala, menyambung urat nadi alam
semesta. Menegakkan kapal oleng ke arah sumbernya…”.

Jakarta, 12 Januari 2018

#Khasanah
https://www.caknun.com/2018/berhijrah-dari-khatulistiwa-ke-cakrawala-8

Comments

Popular posts from this blog

MATI KETAWA CARA REFOTNASI(4)

Seri PadangBulan (87) MATI KETAWA CARA REFOTNASI Bagian 4 ------------------------------------------------------------------------ Jangan Mau Jadi Akar. Kalau Pohon tak Berbuah Blimbing Tidak ada satu forum, jamaah maupun komunitas rakyat yang tidak bertanya dan menggelisahkan soal lahirnya terlalu banyak partai politik dewasa ini. Saya wajib menjawab sebisa-bisanya. "Begini lho, pohon itu kalau tak ada akarnya kan tidak akan tumbuh. Partai yang akar dukungannya dari rakyat tidak mantap, tentu mati sendiri. Kita harus jadi akar pohon yang mana. Lha selama ini Anda-Anda sudah bertemu dengan parpol yang mana?" "Belum ada." "Belum ada parpol yang bertamu ke rumah Anda?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melamar hati rakyat?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melakukan pendidikan politik langsung di kampung Anda ini?" "Belum!!" Selama Orde Baru kebanyakan Anda menjadi akar pohon besar rindang namun tidak ada buah

BANI ZAHID VAN KAUMAN

Setetes makna dari Al-Quran bisa menjadi tujuh samudera ilmu bagi kehidupan kita. itu pun, kalau kita syukuri: La adzidannakum, akan Kutambah lagi, kata Allah. Lebih dari itu, tetes ilmu itu dengan kehidupan kita terus 'bekerja' untuk menjadi ilmu demi ilmu lagi. Sungguh Allah membimbing kita untuk menjadi 'arif (mengetahui) dan 'alim (mengerti), bahkan 'amil, pekerja dari pengetahuan dan pengertian dari-Nya itu. Maka, di hari kedua 'kopi Al-Quran', bertamulah ke rumah kontrakan saya seorang tua yang saleh. Bersepeda, memakai sarung, berpeci, sehat dan penuh senyum ceria. Betapa kagetnya saya! Sudah beberapa bulan ini saya straumatik' terhadap setiap tamu: begitu ada 'kulo nuwun' Iangsung saya merasa akan ditodong, dirampok, diperas . Tetapi kedatangan abah tua ini terasa sebagai embun yang menetesi ubun-ubun saya. Sambil rnenyalami beliau, saya bertanyatanya dalam .hati: "Pantaskah saya mendapat kehormatan ditamui seorang yang sampai usia s

Buruh 2

Para juragan di perusahaan bisa menatar para buruh -sesudah menatar diri mereka sendiri bahwa perburuhan Pancasila, misalnya, adalah kesejahteraan kolektif pada semua yang terlibat dalam suatu lembaga ekonomi. Suatu akhlak yang memperhatikan kepentingan bersama, tidak ada yang menghisap, tidak ada yang dihisap, tidak ada yang mengeksploitasi dan tidak ada yang dieksploitasi. Tidak harus berdiri sama tinggi duduk sama rendah, sebab tempat kedudukan direktur dengan tukang sapu mernang berlainan sesuai dengan struktur pembagian kerja. Namun setidaknya berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Kalau sudah di tatar oleh direkturnya, para buruh akan berkata: "Kami para buruh ini punya kepentingan agar perusahaan tempat kami bekerja ini bisa maju semaju-majunya! Siapa sih pekerja yang menginginkan tempat kerjanya bangkrut? Tidak ada kan? Semakin maju perusahaan tempat kerja kami, semakin sejahtera pula kehidupan kami. Begitu mestinya kan? dan logikanya, kalau buruh tidak sejahtera, tidak