Skip to main content

Cerdas, Terampil dan Jujur, tetapi Melarat

Seorang pemilik bengkel kendaraan bermotor dan toko onderdil tidak bisa memahami ulah seorang karyawanny a. Dalam suratnya ia menyatakan kebingungannya, apakah harus memecatnya atau memeliharanya terus. Karena di samping hal-hal tertentu merugikan bisnisnya, si karyawan ini juga merupakan kekayaan tersendiri da!am lingkaran usahanya.
"Dia memiliki keterampilan alamiah di bidang permesinan, bisa menangani yang kecil-kecil seperti jam tangan sampai mesin truk, dan tampaknya punya pengetahuan yang tidak rendah tentang mesin kapal.

Mungkin kalau pesawat ia angkat tangan, tetapi terhadap apa saja yang baru dan ia belum tahu, ia begitu penasaran. Dan kalau sudah penasaran, ia akan menghabiskan waktu untuk mempelajarinya, sehingga tugas-tugasnya terbengkalai. Ia lebih merupakan seorang "ilmuwan" daripada seorang karyawan bengkel mesin. " demikian tulis usahawan kita yang pusing ini.
"Ia otodidak penuh, mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya sejak kanak-kanak. Kalau teknisi lain sudah angkat tangan dia selalu. menjadi pamungkas penyelesaian problemnya. Dia juga selalu sangat kritis, dan sesekali, sambil memperbaiki mesin mobil, ia menggerutu menyalahkan pabriknya yang dia keliru mengkonsep sistem-sistem tertentu."
"Tetapi justru karena keahliannya, ia seringkali merugikan usaha saya. Sampai tingkat tertentu ia bisa memperbaiki suatu onderdil dengan cara dan akal yang tak habis-habisnya sampai layak pakai kembali.

Tetapi itu berarti tingkat jual toko saya dirugikan. Padahal sudah menjadi kebiasaan bengkel di mana-mana untuk suka menyuruh pemilik mobil ganti onderdil, dan tentunya hal itu wajar dalam dunia bisnis."
"Yang lebih menjengkelkan, ia tak tahu bagaimana menyerap pembeli. Mestinya ia jangan gampang biiang bahwa mobil seseorang oke-oke saja. Omong kurang ini kurang itu kek, harus didandani ininya dan itunya kek. Juga dalam menggagas setiap pasien yang membawa kerusakan mobilnya, ia cenderung membela pasien, dengan selalu berpikir bagaimana meringankan bebannya. Setiap saran dan perbaikan yang dilakukannya diarahkan untuk penghematan si empunya kendaraan. Saya dong yang celaka. Usaha saya tidak bisa maksimal kemajuannya, tetapi saya juga merasa eman kalau memecat karena sebagai manusia dia sangat menyenangkan, manusiawi dan selalu mampu membuat lingkungan kerja kami menjadi segar."

Alangkah Mengasikkan Kehidupan Ini!
Mungkin itu sebabnya Rasulullah Muhammad meskipun tidak melarang pasar namun wanti-wanti agar memilah-milah betul antara pasar dengan masjid. Kalu sudah cukup lama di pasar, cepatlah masuk masjid, agar selamat kembali sebagai manusia.
Manusia diciptakan sebagai manusia individu dengan dua kosmos: individual dan sosial. Kalau seseorang kehilangan individualitasnya, ia larut menjadi nomer dalam deretan atau kumpulan suatu komunitas. Tapi kalau ia mengintensifkan individualitasnya saja, yang terjadi adalah "individualisme". Lebih menyempit lagi menjadi "egoisme". Menjadi manusia adalah pergulatan untuk menyeimbangkan antara individualitas dan sosialitas.
Si Karyawan itu adalah petugas Allah untuk mengemban "proyek penyeimbangan kemanusiaan" semacam itu.
Dunia usaha, bisnis, berdagang, berniaga, berjual beli, kapitalisasi, adalah salah satu bentuk individualisasi atau egoisasi yang mereduksi keutuhan manusia dan kemanusiaan. Dari kosmos utuh eksistensi manusia, seseorang menyempitkan diri ke dalam kubangan nilai untung rugi, produktif dan konsumtif, dan semua itu dalam perspektif materialisasi dan materialisme.
Bisnis adalah sebuah fungsi sosial, narnun mengacu kepada fungsi ego atau kepentingan sepihak si pelaku dagang. Prosesnya dari "manusia" menjadi "manusia dagang" lantas menjadi hanya "pedagang", manusianya tak berlaku. Di dalam pasar bisnis, segala sesuatu, termasuk rnanusia, Nabi dan Tuhan, hanya berposisi sebagai faktor produksi, sebagai kornoditi, suku cadang, barang jualan, alat produksi, atau apa pun sebutan dan anglenya.
Sedangkan Si Karyawan itu. .hanya "manusia". Ia hanya berhubungan dengan manusia dan apapun dalam kedudukan dan nilai-nilai sebagai manusia. Ia tidak punya bakat untuk mengeksploitir benda, manusia dan peristiwa fang dialaminya untuk orientasi laba pribadi. Ia tidak bisa menjadi kapitalis. Dan luga tidak bisa disebut sebagai "bukan manusia kapitalis", sebab kalau kapitalis itu namanya "belum manusia".
Jadi apakah sebaiknya ia dilemparkan atau dipelihara, tergantung Pak pemilik bengkel dan toko, mau berjalan ke mana dan menjadi apa dalam kehidupan ini. Kalau mau jadi kapitalis dan merencanakan bawa harta benda, riunah, mobil, deposito dan credit card ke dalarn kuburan, cepat-cepat campakkan dia supaya Anda senang dan supaya dia juga bahagia. Tapi kalau Anda mau jadi rnanusia, ia adalah sahabat sejati yang menawarkan penyelamatan kemanusiaan juga kemelaratan.
(Emha Ainun Nadjib/"Gelandangan Di Kamping Sendiri"/ Pustaka Pelajar/1995/PadhangmBulanNetDok)

Comments

Popular posts from this blog

MATI KETAWA CARA REFOTNASI(4)

Seri PadangBulan (87) MATI KETAWA CARA REFOTNASI Bagian 4 ------------------------------------------------------------------------ Jangan Mau Jadi Akar. Kalau Pohon tak Berbuah Blimbing Tidak ada satu forum, jamaah maupun komunitas rakyat yang tidak bertanya dan menggelisahkan soal lahirnya terlalu banyak partai politik dewasa ini. Saya wajib menjawab sebisa-bisanya. "Begini lho, pohon itu kalau tak ada akarnya kan tidak akan tumbuh. Partai yang akar dukungannya dari rakyat tidak mantap, tentu mati sendiri. Kita harus jadi akar pohon yang mana. Lha selama ini Anda-Anda sudah bertemu dengan parpol yang mana?" "Belum ada." "Belum ada parpol yang bertamu ke rumah Anda?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melamar hati rakyat?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melakukan pendidikan politik langsung di kampung Anda ini?" "Belum!!" Selama Orde Baru kebanyakan Anda menjadi akar pohon besar rindang namun tidak ada buah

BANI ZAHID VAN KAUMAN

Setetes makna dari Al-Quran bisa menjadi tujuh samudera ilmu bagi kehidupan kita. itu pun, kalau kita syukuri: La adzidannakum, akan Kutambah lagi, kata Allah. Lebih dari itu, tetes ilmu itu dengan kehidupan kita terus 'bekerja' untuk menjadi ilmu demi ilmu lagi. Sungguh Allah membimbing kita untuk menjadi 'arif (mengetahui) dan 'alim (mengerti), bahkan 'amil, pekerja dari pengetahuan dan pengertian dari-Nya itu. Maka, di hari kedua 'kopi Al-Quran', bertamulah ke rumah kontrakan saya seorang tua yang saleh. Bersepeda, memakai sarung, berpeci, sehat dan penuh senyum ceria. Betapa kagetnya saya! Sudah beberapa bulan ini saya straumatik' terhadap setiap tamu: begitu ada 'kulo nuwun' Iangsung saya merasa akan ditodong, dirampok, diperas . Tetapi kedatangan abah tua ini terasa sebagai embun yang menetesi ubun-ubun saya. Sambil rnenyalami beliau, saya bertanyatanya dalam .hati: "Pantaskah saya mendapat kehormatan ditamui seorang yang sampai usia s

MOHON BERSABAR

Seri PadangBulan (98) MOHON BERSABAR ------------------------------------------------------------------------ Markas Hamas, Padangbulan, Kiai Kanjeng, Cak Nun, (tempat program-program "Shalawat, Bernyanyi, Pendidikan Politik, Jamaah Ekonomi, Silaturahmi Kebangsaan danKemanusiaan" digodog) memohon dengan sangat para pengundang di bawah ini (yang terdaftar sampai 10 Nopember 1998) bersabar menunggu giliran jawaban. Undangan acara-acara terpaksa dimohon kearifannya untuk diskedul seirama dengan effisien dan effektifnya route perjalanan acara Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng. Setiap lingkaran wilayah dirangkaikan menjadi satu putaran, agar mondar-mandirnya Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng tidak terlalu boros waktu dan tenaga. Sehari maksimal 5 (lima) acara yang diperhitungkan pembagian waktunya di suatu lingkaran wilayah yang bisa dijangkau. Yang manusiawi sepertinya cukup 3 (acara) dalam sehari. Contoh terakhir (10 Nopember 1998), acara Cak Nun/Kiai Kanjeng/Hamas di Undip, kemudian IAIN &qu