Skip to main content

MATI KETAWA CARA REFOTNASI(9)

Seri PadangBulan (92)
MATI KETAWA CARA REFOTNASI
Bagian 9
-----------------------------------------------------------------------
Dompet Dicopet Pak Harto, Kucing Diculik Prabowo

Yang paling mengasyikkan dan membuat sangat banyak penduduk Indonesia Mati ketawa, adalah pemahaman umum bahwa dosa-dosa Orde Baru itu bukan kesalahan kolektif, bukan dosa sistemik dan kekurangajaran struktural yang ditanggung oleh sangat banyak orang secara bersama-sama, meskipun kadar dosanya bermacam-macam.

Oh, refotnasi.

Pokoknya yang salah itu Soeharto dan Prabowo. Kalau dompet saya hilang, pasti dicopet oleh Pak Harto. Ketika saya beracara di depan Pak Try Sutrisno, Pak Edy Sudrajat, Pak Kasad Bagio dan lain-lain di Auditorium Manggala Wanabhakti, saya memberi peringatan sangat serius kepada semua yang hadir di situ, hati-hati, nanti kalau Sampeyan-Sampeyan pulang, tolong sebelum tidur periksa dulu apakah kucing Anda hilang atau tidak. Sebab ada kemungkinan kucing Anda itu diculik oleh Prabowo...・

Wahai refotnasi.

Produsen Orde Baru itu Golkar dan ABRI, dan di era reformasi yang anti-Orba ini mereka juga pemimpinnya. Arsitek ekonomi Orba juga, meskipun tidak semua, menjadi arsitek ekonomi Orde Reformasi.

Yang memproduksi Soeharto menjadi presiden adalah MPR, dan orde reformasi tetap percaya kepada MPR dan mempersilahkan mereka tampil di teve dan koran mana saja, serta dipermoggokan bersidang istimewa.

Astaga refotnasi.

Pokoknya apapun saja yang salah adalah Soeharto dan Prabowo. Kalau ada barang hilang, pasti Soeharto dan keluarganya yang mencuri. Saya sangat menikmati memandang dari jauh bagaimana sejumlah tokoh nasional resmi yang namanya harum di koran dan wajahnya rupawan di televisi masih terus "sowan" ke Mbak Tutut sekarang-sekarang ini.

Abacadabra refotnasi.

Pokoknya semua orang yang raib itu Prabowo yang menculik. Berapapun korban penculikan, Prabowo yang menculik. Tiga ribuan orang Aceh tumpas dan ada yang dikubur massal di sebuah jurang, termasuk matinya sekian ratus orang di Tanjungpriok dan lain-lain・daripada repot-repot: sebaiknya yang kita tuduh Prabowo saja.

Walhasil marilah kita bangkaian mereka dan kita makan bangkai itu ramai-ramai.

Lhadalah refotnasi.

Saya sendiri adalah seonggok bangkai. Kalau saya didatangi tokek, para tetangga mengatakan saya adalah warga tokek. Sorenya saya kebetulan ketemu kadal di warung, orang-orang sekitar mengatakan saya ternyata seekor kadal. Malamnya nasi saya dicuri maling, handai tolan mengatakan saya merekayasa orang untuk memalingi nasi saya demi suatu kepentingan yang masih saya sembunyikan.

Owalah refotnasi.

Sepuluh tahun saya jualan bakso, ribuan orang menikmati bakso saya. Suatu malam ada selebaran gelap yang menuliskan bahwa ternyata saya adalah penjual daging anjing, dan semua orang menyatakan saya adalah penjual daging anjing, bahkan ribuan orang yang pernah menikmati bakso saya tiba-tiba mual perutnya karena yakin bahwa yang mereka makan dari warung saya adalah anjing.

Gonjang ganjing refotnasi.

Sejak kecil Anda melakukan salat lima waktu sehari, bahkan sering berjamaah dengan anak-anak Anda. Sore-sore ada tetangga membisiki anak Anda, "He, bapakmu itu tidak pernah salat!!" dan anak Anda percaya.

Hongwilaheng refotnasi.

Kalau sepiring nasi ada di tangan saya, saya bilang, "Ini bergizi."Kalau nasi itu Anda pegang, saya bilang, "Awas, itu beracun!" Komite Reformasi itu inkonstitusional, kata Emil Salim. Kalau Tim Penyeimbang, yang segala sesuatunya, kecuali figur-figurnya, sama dengan Komite Reformasi, beliau bilang, "Kalau yang ini, konstitusional."

Sekarang arus pemikiran mahasiswa mengacu pada perlunya Komite Rakyat Indonesia untuk merasionalkan pemerintahan Indonesia agar krisis lebih cepat dibereskan.

Lha dulu kenapa menolak Komite Reformasi yang ada Gus Durnya, ada Megawatinya, ada Adnan Buyungnya, ada Kardinal Darmaatmajanya, ada Amin Raisnya, ada semua tokoh reformasinya sampai delapan rektor universitas terkemukanya? Kan sejak awal jangan sampai Soeharto berhenti lantas kekuasaan beralih ke Habibie dan krisis berkepanjangan seperti sekarang. Kalau pemerintahan demisioner dipegang oleh Presidium tokoh-tokoh rakyat kan mestinya bisa lebih beres.

Comments

Popular posts from this blog

MATI KETAWA CARA REFOTNASI(4)

Seri PadangBulan (87) MATI KETAWA CARA REFOTNASI Bagian 4 ------------------------------------------------------------------------ Jangan Mau Jadi Akar. Kalau Pohon tak Berbuah Blimbing Tidak ada satu forum, jamaah maupun komunitas rakyat yang tidak bertanya dan menggelisahkan soal lahirnya terlalu banyak partai politik dewasa ini. Saya wajib menjawab sebisa-bisanya. "Begini lho, pohon itu kalau tak ada akarnya kan tidak akan tumbuh. Partai yang akar dukungannya dari rakyat tidak mantap, tentu mati sendiri. Kita harus jadi akar pohon yang mana. Lha selama ini Anda-Anda sudah bertemu dengan parpol yang mana?" "Belum ada." "Belum ada parpol yang bertamu ke rumah Anda?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melamar hati rakyat?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melakukan pendidikan politik langsung di kampung Anda ini?" "Belum!!" Selama Orde Baru kebanyakan Anda menjadi akar pohon besar rindang namun tidak ada buah

BANI ZAHID VAN KAUMAN

Setetes makna dari Al-Quran bisa menjadi tujuh samudera ilmu bagi kehidupan kita. itu pun, kalau kita syukuri: La adzidannakum, akan Kutambah lagi, kata Allah. Lebih dari itu, tetes ilmu itu dengan kehidupan kita terus 'bekerja' untuk menjadi ilmu demi ilmu lagi. Sungguh Allah membimbing kita untuk menjadi 'arif (mengetahui) dan 'alim (mengerti), bahkan 'amil, pekerja dari pengetahuan dan pengertian dari-Nya itu. Maka, di hari kedua 'kopi Al-Quran', bertamulah ke rumah kontrakan saya seorang tua yang saleh. Bersepeda, memakai sarung, berpeci, sehat dan penuh senyum ceria. Betapa kagetnya saya! Sudah beberapa bulan ini saya straumatik' terhadap setiap tamu: begitu ada 'kulo nuwun' Iangsung saya merasa akan ditodong, dirampok, diperas . Tetapi kedatangan abah tua ini terasa sebagai embun yang menetesi ubun-ubun saya. Sambil rnenyalami beliau, saya bertanyatanya dalam .hati: "Pantaskah saya mendapat kehormatan ditamui seorang yang sampai usia s

MOHON BERSABAR

Seri PadangBulan (98) MOHON BERSABAR ------------------------------------------------------------------------ Markas Hamas, Padangbulan, Kiai Kanjeng, Cak Nun, (tempat program-program "Shalawat, Bernyanyi, Pendidikan Politik, Jamaah Ekonomi, Silaturahmi Kebangsaan danKemanusiaan" digodog) memohon dengan sangat para pengundang di bawah ini (yang terdaftar sampai 10 Nopember 1998) bersabar menunggu giliran jawaban. Undangan acara-acara terpaksa dimohon kearifannya untuk diskedul seirama dengan effisien dan effektifnya route perjalanan acara Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng. Setiap lingkaran wilayah dirangkaikan menjadi satu putaran, agar mondar-mandirnya Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng tidak terlalu boros waktu dan tenaga. Sehari maksimal 5 (lima) acara yang diperhitungkan pembagian waktunya di suatu lingkaran wilayah yang bisa dijangkau. Yang manusiawi sepertinya cukup 3 (acara) dalam sehari. Contoh terakhir (10 Nopember 1998), acara Cak Nun/Kiai Kanjeng/Hamas di Undip, kemudian IAIN &qu