Skip to main content

MATI KETAWA CARA REFOTNASI(8)

Seri PadangBulan (91)
MATI KETAWA CARA REFOTNASI
Bagian 8
------------------------------------------------------------------------
Tuhan Bukan Menteri Perhubungan

Allohus-Shomad. Kepada-Nyalah hidup kita bergantung. Ya tentu saja kita tidak steril dari krisis ekonomi negara, dari terbengkalainya tanah dan alam. Tetapi ketika pemerintah tidak kunjung sanggup mengatasi krisis, Anda bukan sama sekali kehabisan jalan. Tuhan sendiri berjanji untuk itu, dan sebaiknya tak usah tak percaya kepada janji Tuhan謡ong gratis saja kok.

Tentu saja jangan samakan janji Tuhan dengan janji Golkar, janji pemerintah atau janji siapapun. Allah menjanjikan empat hal:

Pertama, siapa bertakwa kepada-Nya, siapa yang memenuhi hatinya dengan kepercayaan dan kerinduan kepada-Nya, maka Ia akan senantiasa memberi jalan keluar bagi setiap masalah yang menimpanya.

Janji kedua, Ia senantiasa menjamin rejeki hamba-hamba-Nya yang hatinya penuh oleh-Nya itu untuk memberinya rejeki Min haitsu la yahtasibu melalui jalan dan cara yang tak bisa diperhitungkan oleh akal manusia, apalagi oleh managemen negara.

Ketiga, untuk siapa saja yang secara konstan menjaga kemesraan batinnya denganNya, maka Ia akan menjadi akuntan hamba pecinta-Nya itu. Ia berhitung dan memperhitungkan lika-liku rejeki dan kesejahteraannya.

Bahkan pada janji keempat Ia menjadi penyampai problemnya, Ia turut menjadi penolong pengurusan untuk masalah-masalahnya.

Comments

Popular posts from this blog

MATI KETAWA CARA REFOTNASI(4)

Seri PadangBulan (87) MATI KETAWA CARA REFOTNASI Bagian 4 ------------------------------------------------------------------------ Jangan Mau Jadi Akar. Kalau Pohon tak Berbuah Blimbing Tidak ada satu forum, jamaah maupun komunitas rakyat yang tidak bertanya dan menggelisahkan soal lahirnya terlalu banyak partai politik dewasa ini. Saya wajib menjawab sebisa-bisanya. "Begini lho, pohon itu kalau tak ada akarnya kan tidak akan tumbuh. Partai yang akar dukungannya dari rakyat tidak mantap, tentu mati sendiri. Kita harus jadi akar pohon yang mana. Lha selama ini Anda-Anda sudah bertemu dengan parpol yang mana?" "Belum ada." "Belum ada parpol yang bertamu ke rumah Anda?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melamar hati rakyat?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melakukan pendidikan politik langsung di kampung Anda ini?" "Belum!!" Selama Orde Baru kebanyakan Anda menjadi akar pohon besar rindang namun tidak ada buah

BANI ZAHID VAN KAUMAN

Setetes makna dari Al-Quran bisa menjadi tujuh samudera ilmu bagi kehidupan kita. itu pun, kalau kita syukuri: La adzidannakum, akan Kutambah lagi, kata Allah. Lebih dari itu, tetes ilmu itu dengan kehidupan kita terus 'bekerja' untuk menjadi ilmu demi ilmu lagi. Sungguh Allah membimbing kita untuk menjadi 'arif (mengetahui) dan 'alim (mengerti), bahkan 'amil, pekerja dari pengetahuan dan pengertian dari-Nya itu. Maka, di hari kedua 'kopi Al-Quran', bertamulah ke rumah kontrakan saya seorang tua yang saleh. Bersepeda, memakai sarung, berpeci, sehat dan penuh senyum ceria. Betapa kagetnya saya! Sudah beberapa bulan ini saya straumatik' terhadap setiap tamu: begitu ada 'kulo nuwun' Iangsung saya merasa akan ditodong, dirampok, diperas . Tetapi kedatangan abah tua ini terasa sebagai embun yang menetesi ubun-ubun saya. Sambil rnenyalami beliau, saya bertanyatanya dalam .hati: "Pantaskah saya mendapat kehormatan ditamui seorang yang sampai usia s

MOHON BERSABAR

Seri PadangBulan (98) MOHON BERSABAR ------------------------------------------------------------------------ Markas Hamas, Padangbulan, Kiai Kanjeng, Cak Nun, (tempat program-program "Shalawat, Bernyanyi, Pendidikan Politik, Jamaah Ekonomi, Silaturahmi Kebangsaan danKemanusiaan" digodog) memohon dengan sangat para pengundang di bawah ini (yang terdaftar sampai 10 Nopember 1998) bersabar menunggu giliran jawaban. Undangan acara-acara terpaksa dimohon kearifannya untuk diskedul seirama dengan effisien dan effektifnya route perjalanan acara Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng. Setiap lingkaran wilayah dirangkaikan menjadi satu putaran, agar mondar-mandirnya Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng tidak terlalu boros waktu dan tenaga. Sehari maksimal 5 (lima) acara yang diperhitungkan pembagian waktunya di suatu lingkaran wilayah yang bisa dijangkau. Yang manusiawi sepertinya cukup 3 (acara) dalam sehari. Contoh terakhir (10 Nopember 1998), acara Cak Nun/Kiai Kanjeng/Hamas di Undip, kemudian IAIN &qu