Skip to main content

WARUNG JODOH

Mungkinkah di warung kopi, pelanggan ketemu jodoh?
Tentu saja mungkin "... lnna khalaqnakum min dzakarin wa untsa . lita'arafu . ." -- kata Tuhan -- "...Kuciptakan kalian menjadi lelaki dan wanita ...untuk saling berkenalan..."
Saling berkenalan. Boleh di asrama, di terminal, maupun di warung kopi. Mencari jodoh itu mulia. Dan kalau toh pelanggan masih gagal ketemu jodoh, siapa tahu malah penjaga warungnya yang ketiban pulung.
Misalnya seorang pelanggan wanita usul: mBok tolong bikin kopi campur jahe! -- Disebut oleh pelanggan lelaki: Lho, kok selerenya sama dengan saya?
Nah, dialog, lita'arafu. tinggal diteruskan.
Saya sendiri beberapa bulan terakhir ini banyak keliling ke berbagai tempat di Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur, dalana rangka 'mencarikan jodoh' seorang karib yang nasibnya agak malang. Aduh tapi susahnya. Kalau pas dia mau, cewenya yang ogah. Kalau cewenya ngebet, dia yang kurang stroom.

Padahal sudah empat bulan ini karib kita itu puasa tak makan Prihatin.
Apakah la lelaki tipe Siti Nurbaya decade? Yang jelas ia belum pernah pacaran dan tampaknya tak becus pacaran. Jadi, cita-citanya bukan pacaran, melainkan kawin. Kalau bisa bulan ini juga, setidaknya tahun ini.

Lha wong uslanya sama dengan saya. Nanti selak ketuwan banget.*)
ternyata ia juga tak siap untuk "nyiti nurbaya". Artinya ia tak slap untuk tiba-tiba kawin dan segala risikonya dihadapi dengan segala gairah belajar dan kematangan. Soal cinta, akan tumbuh bersama kerja dan partisipasi.
Ternyata dia butuh approach. Dialog. Proses, yang sebenarnya biasanya -- ditempuh lewat pacaran. Jadi, susah.
Sernentara banyak gadis yang saya pertemukan dengannya segera terjebak oleh pemandangan kulit luar.

Karib saya ini tidak cakep, pakaian sama sekali tidak ngepop. Pokoknya tak menarik. Segera dia tak lulus ujian pertarna di mata perawan.
Apaagi kalau 'mata ujian'-nya' seperti yang sering tecbaca di rubrik. Kontak Jodoh. Misalnya, "Dicari lelaki usia maksimal 35 tahuri, sarjana, punya pekerjaan tetap, bertanggung jawab..." Dan yang mencari itu gadis 35 tahun,
sarjana rnuda, pekerjaan tetap dan mengaku setia.
Lha karib saya itu pasti tak lulus. Dia sudah 36 tahun. Bukan sarjana dan tak punya kerja tetap: dia hanya asisten sutradara film yang sudah cukup kaya dan mampu mengangkat ekonomi Ibu dan 8 saudara-saudarinya. Apakah is bertanggung jawab dan setia? Harus kawin dulu, untuk rnembuktikan tanggung jawab dan kesetiaannya? Selebihnya, ia 'sekadar` lelaki yang balk, amat balk, amat santun, hati lembut, penyabar, rajin shalat. Sedemikian rupa sehingga akan sangat banyak sahabat-sahabatnya yang cemburu dan merasa kehilangan kalau ia nanti kawin.
Tapi ya Gusti yang dicari wanita rnungkin lain, atau mereka tak tahu bagaimana tahu apa yang dicarinya.
*) Maksudnya, "keburu tua".
(Emha Ainun Nadjib/"Secangkir Kopi Jon Pakir"/Mizan/1996/PadhangmBulanNetDok)

Comments

KAJOL ROY said…
bangalore escorts Having a smile on the face with it changed into completely full hot girls in location of the Bangalore . you may go to the outside and inside the theatre and you can devour dinner of hold night
https://www.whollymodels.com
https://www.whollymodels.com/services.php
https://www.whollymodels.com/gallery.php
https://www.whollymodels.com/rates.php
https://www.whollymodels.com


Popular posts from this blog

MATI KETAWA CARA REFOTNASI(4)

Seri PadangBulan (87) MATI KETAWA CARA REFOTNASI Bagian 4 ------------------------------------------------------------------------ Jangan Mau Jadi Akar. Kalau Pohon tak Berbuah Blimbing Tidak ada satu forum, jamaah maupun komunitas rakyat yang tidak bertanya dan menggelisahkan soal lahirnya terlalu banyak partai politik dewasa ini. Saya wajib menjawab sebisa-bisanya. "Begini lho, pohon itu kalau tak ada akarnya kan tidak akan tumbuh. Partai yang akar dukungannya dari rakyat tidak mantap, tentu mati sendiri. Kita harus jadi akar pohon yang mana. Lha selama ini Anda-Anda sudah bertemu dengan parpol yang mana?" "Belum ada." "Belum ada parpol yang bertamu ke rumah Anda?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melamar hati rakyat?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melakukan pendidikan politik langsung di kampung Anda ini?" "Belum!!" Selama Orde Baru kebanyakan Anda menjadi akar pohon besar rindang namun tidak ada buah

BANI ZAHID VAN KAUMAN

Setetes makna dari Al-Quran bisa menjadi tujuh samudera ilmu bagi kehidupan kita. itu pun, kalau kita syukuri: La adzidannakum, akan Kutambah lagi, kata Allah. Lebih dari itu, tetes ilmu itu dengan kehidupan kita terus 'bekerja' untuk menjadi ilmu demi ilmu lagi. Sungguh Allah membimbing kita untuk menjadi 'arif (mengetahui) dan 'alim (mengerti), bahkan 'amil, pekerja dari pengetahuan dan pengertian dari-Nya itu. Maka, di hari kedua 'kopi Al-Quran', bertamulah ke rumah kontrakan saya seorang tua yang saleh. Bersepeda, memakai sarung, berpeci, sehat dan penuh senyum ceria. Betapa kagetnya saya! Sudah beberapa bulan ini saya straumatik' terhadap setiap tamu: begitu ada 'kulo nuwun' Iangsung saya merasa akan ditodong, dirampok, diperas . Tetapi kedatangan abah tua ini terasa sebagai embun yang menetesi ubun-ubun saya. Sambil rnenyalami beliau, saya bertanyatanya dalam .hati: "Pantaskah saya mendapat kehormatan ditamui seorang yang sampai usia s

MOHON BERSABAR

Seri PadangBulan (98) MOHON BERSABAR ------------------------------------------------------------------------ Markas Hamas, Padangbulan, Kiai Kanjeng, Cak Nun, (tempat program-program "Shalawat, Bernyanyi, Pendidikan Politik, Jamaah Ekonomi, Silaturahmi Kebangsaan danKemanusiaan" digodog) memohon dengan sangat para pengundang di bawah ini (yang terdaftar sampai 10 Nopember 1998) bersabar menunggu giliran jawaban. Undangan acara-acara terpaksa dimohon kearifannya untuk diskedul seirama dengan effisien dan effektifnya route perjalanan acara Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng. Setiap lingkaran wilayah dirangkaikan menjadi satu putaran, agar mondar-mandirnya Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng tidak terlalu boros waktu dan tenaga. Sehari maksimal 5 (lima) acara yang diperhitungkan pembagian waktunya di suatu lingkaran wilayah yang bisa dijangkau. Yang manusiawi sepertinya cukup 3 (acara) dalam sehari. Contoh terakhir (10 Nopember 1998), acara Cak Nun/Kiai Kanjeng/Hamas di Undip, kemudian IAIN &qu