Skip to main content

Emha Ainun Nadjib untuk Apel Siaga Ummat Islam se-Jabotabek Masjid Istiqlal Sabtu 3 April 1999

Emha Ainun Nadjib untuk Apel Siaga Ummat Islam se-Jabotabek Masjid Istiqlal Sabtu 3 April 1999
_____


Di Ambang Perang Saudara :

Menghindari atau Menyiapkan Diri

1. Memasuki bulan April 1999, ini potensi konflik nasional bangsa Indonesia semakin meninggi, dan secara teoritis ia akan memuncak pada pertengahan Mei 1999. Potensi konflik tertinggi adalah pada situasi politik nasional di mana setiap kelompok semakin tidak rela, tidak ridho', semakin tidak bisa menerima kelompok lain. Kelompok-kelompok yang saling tidak merelakan eksistensi lawan masing-masing itu tidak hanya antar agama, antar etnik, atau antar 'cap' reformis dengan cap 'status quo' - tetapi juga terutama ketidakrihoan antar eksistensi parpol, dengan peta pertengkaran yang semakin ragam, tajam, dan mendalam.

2. Sebagai rakyat kecil sejak lama saya turut menganjurkan kepada bangsa Indonesia agar mawas diri, al. melalui : "Ilir-ilir : Meyorong Rembulan", kemudian juga tawaran happy end untuk saling mengambil sikap arif dan ber-Ikrar Husnul khatimah. Dan semakin tidak ternukti bahwa anjuran itu ada manfaatnya sampai hari ini. Ketidakridhoan atas eksistensi kelompok lain itu tidak lagi terbatas pada mulut dan perbedaan pendapat dan kemauan, tetapi sudah memanifestasikan diri pada pedang, parang, batu, tombak, peluru, api, pembakaran, pemusnahan, dan pembunuhan.

3. Kita sedang menjalani era shummun bukmun 'umyun, Orde Tuli, Orde Buta, Orde Hati Beku, yang memang logis akan meminta korban jauh lebih banyak lagi sebulan-dua bulan ke depan ini. Jika korban manusia mati konyol melebih satu juta, tidaklah mengherankan jika kita menghitung potensi keasyikan saling membenci seperti sekarang ini. Yang menguasai saraf kepala kita sekarang ini adalah 'sense of group', sense of ashobiyah', itu bisa berarti pengelompokan pemeluk agama-agama, polarisasi antar kelompok-kelompok dalam satu agama, dan yang terutama adalah pengelompokan dan perseberangan 'sense of political party', yang siap dengan pedang dan apinya masing-masing. Yang namanya jelas 'sense of humanity' saja pun kini sedang tenggelam oleh 'muslim salju' yang saljunya diganti api.

4. Siapakah dan dimanakah Ummat Islam yang hari ini sedang melakukan Apel Siaga di Masjid Istiqlal ? Kaum Muslimin tercerai berai menjadi beberapa aliran, pendapat, sikap, dan peletakan diri dalam peta politik nasional secara saling penuh prasangka satu sama lain dan tidak mampu saling bertoleransi dan mengapresiasi. Kaum Muslimin tersebar ke dalam mayoritas parpol untuk siap saling mengangkat pedang dan menyulutkan api masing-masing. Sehingga Apel Siaga ini bisa mengambil satu sikap di antara tiga sikap. Pertama, meneguhkan ajaran bersatu dan berdamai kepada sesama bangsa Indonesia dan sesama manusia. Kedua, meneguhkan kesiapan sebagai Ummat Islam untuk membela diri dari kedhaliman siapapun yang menimpa mereka. Ketiga, karena kedhaliman itu bisa berasal dari sebagian Kaum Muslimin sendiri yang kebetulan kotak politiknya berbeda, maka apakah akan mengambil resiko bentrok antar Muslim sendiri, yang sebelum atau sesudah Jum'atan bareng-siap mengayunkan pedang kepada saudaranya sendiri ?

Untuk menjalankan amanat Allah, saya menyampaikan dua anjuran kepada rakyat Indonesia :

Pertama, Kita rakyat kecil harus berpolitik karena kita adalah warga negara. Tapi berpolitik tidak sama dengan menjadi politisi. Saya dan Anda semua, rakyat kecil bukan politisi. Kita cukup menentukan apa pilihan parpol kita, merahasiakannya dalam hati, mecoblosnya dalam kotak pemilu. Selebihnya konsentrasi kita adalah merintis tanaman Indonesia baru di berbagai sektor kehidupan, merintis ekonomi kerakyatan baru, merintis lahirnya Ulama baru, pemimpin baru, pekerja baru, di wilayah kita masing-masing - dan untuk soal-soal Pemilu, kasih konsentrasi 5 % saja.

Kedua, di antara berbagai kemungkinan yang buruk, InsyaAllah ada satu kemungkinan yang paling sedikit buruknya, ialah parpol-parpol besar, PKB, PDI Perjuangan, Golkar, PAN, PPP, PBB, dll saling mengalah untuk semuanya kompak mencalonkan Dr. Nurcholis Madjid menjadi Presiden RI.
Dengan dua syarat : (1) Cak Nur tidak boleh melakukan kesalahan pada langkah awal. (2) Cak Nur beristighfar dan tidak boleh mengulangi kesalahan tengah malam tanggal 20 Mei 1998.

===
Milist Padhang mBulan Net (05/04/1999)
===

Comments

Popular posts from this blog

MATI KETAWA CARA REFOTNASI(4)

Seri PadangBulan (87) MATI KETAWA CARA REFOTNASI Bagian 4 ------------------------------------------------------------------------ Jangan Mau Jadi Akar. Kalau Pohon tak Berbuah Blimbing Tidak ada satu forum, jamaah maupun komunitas rakyat yang tidak bertanya dan menggelisahkan soal lahirnya terlalu banyak partai politik dewasa ini. Saya wajib menjawab sebisa-bisanya. "Begini lho, pohon itu kalau tak ada akarnya kan tidak akan tumbuh. Partai yang akar dukungannya dari rakyat tidak mantap, tentu mati sendiri. Kita harus jadi akar pohon yang mana. Lha selama ini Anda-Anda sudah bertemu dengan parpol yang mana?" "Belum ada." "Belum ada parpol yang bertamu ke rumah Anda?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melamar hati rakyat?" "Belum!!" "Belum ada parpol yang melakukan pendidikan politik langsung di kampung Anda ini?" "Belum!!" Selama Orde Baru kebanyakan Anda menjadi akar pohon besar rindang namun tidak ada buah

BANI ZAHID VAN KAUMAN

Setetes makna dari Al-Quran bisa menjadi tujuh samudera ilmu bagi kehidupan kita. itu pun, kalau kita syukuri: La adzidannakum, akan Kutambah lagi, kata Allah. Lebih dari itu, tetes ilmu itu dengan kehidupan kita terus 'bekerja' untuk menjadi ilmu demi ilmu lagi. Sungguh Allah membimbing kita untuk menjadi 'arif (mengetahui) dan 'alim (mengerti), bahkan 'amil, pekerja dari pengetahuan dan pengertian dari-Nya itu. Maka, di hari kedua 'kopi Al-Quran', bertamulah ke rumah kontrakan saya seorang tua yang saleh. Bersepeda, memakai sarung, berpeci, sehat dan penuh senyum ceria. Betapa kagetnya saya! Sudah beberapa bulan ini saya straumatik' terhadap setiap tamu: begitu ada 'kulo nuwun' Iangsung saya merasa akan ditodong, dirampok, diperas . Tetapi kedatangan abah tua ini terasa sebagai embun yang menetesi ubun-ubun saya. Sambil rnenyalami beliau, saya bertanyatanya dalam .hati: "Pantaskah saya mendapat kehormatan ditamui seorang yang sampai usia s

MOHON BERSABAR

Seri PadangBulan (98) MOHON BERSABAR ------------------------------------------------------------------------ Markas Hamas, Padangbulan, Kiai Kanjeng, Cak Nun, (tempat program-program "Shalawat, Bernyanyi, Pendidikan Politik, Jamaah Ekonomi, Silaturahmi Kebangsaan danKemanusiaan" digodog) memohon dengan sangat para pengundang di bawah ini (yang terdaftar sampai 10 Nopember 1998) bersabar menunggu giliran jawaban. Undangan acara-acara terpaksa dimohon kearifannya untuk diskedul seirama dengan effisien dan effektifnya route perjalanan acara Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng. Setiap lingkaran wilayah dirangkaikan menjadi satu putaran, agar mondar-mandirnya Cak Nun/Hamas/Kiai Kanjeng tidak terlalu boros waktu dan tenaga. Sehari maksimal 5 (lima) acara yang diperhitungkan pembagian waktunya di suatu lingkaran wilayah yang bisa dijangkau. Yang manusiawi sepertinya cukup 3 (acara) dalam sehari. Contoh terakhir (10 Nopember 1998), acara Cak Nun/Kiai Kanjeng/Hamas di Undip, kemudian IAIN &qu