Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2007

Tempurung- Tempurung Jahat

Koran SINDO, Jum'at, 21/12/2007 UNTUK tulisan ini saya akan mengutip ayat Tuhan, tapi tidak ada hubungannya dengan identitas saya.Benar-benar tidak penting siapa seseorang, apa jabatan, atau status sosialnya. Dunia akhirat yang terpenting adalah apa yang dia lakukan untuk orang banyak, dicatat atau tidak, diketahui atau tidak, dipuji atau tidak, mendapat award atau tidak, memperoleh tanda jasa atau tidak. Juga karena Tuhan berfirman tidak khusus kepada umat-Nya dengan identitas tertentu. Nabi dan rasul pun cuma dilewati untuk disampaikan kepada semua jin dan manusia. Memang dalam pemahaman budaya selalu disebut "nabi mendapat wahyu", tapi maksud sebenarnya adalah Tuhan memberi guidance kepada semua makhluk-Nya melalui nabi, tepatnya melalui Rasul. Sebab Nabi,dengan nubuwwat, tidak memperoleh license untuk membimbing umat manusia sebagaimana Rasul dengan Risalat. Ayat ini saya pilih tidak untuk berdakwah, bertablig atau untuk "tulisan religi" atau ap

Buang Angin dan Ludah 2009

Koran SINDO, Jum'at, 14/12/2007 SOBIRIN terperosok masuk sumur.Lebih akurat rasa bahasanya dalam Jawa: kejeguratau kejebur sumur. Bahasa Indonesia mengadaptasinya menjadi "tercebur", tapi secara tata bahasa itu dipaksakan. Alhasil, Pak Sobirin harus ditolong, para tetangga beramai- ramai mengupayakan berbagai cara untuk mengentaskan beliau dari dasar sumur yang sangat dalam itu. Ributlah seluruh kampung siang itu. Tetapi itu tak cukup.Ada keributan yang lain.Di beberapa rumah berlangsung juga keriuhan banyak orang karena rumah-rumah itu adalah posko tim sukses beberapa calon lurah.Keributan di sumur Sobirin bahkan sebenarnya dikalahkan oleh riuh rendah posko-posko. Bahkan ketika orang-orang di sekitar sumur ribut panik dan teriak satu sama lain untuk menolong Sobirin, lewatlah rombongan kampanye calon lurah. Sungguh dinamis dan hangat suasana demokrasi di kampung itu.Yang segerombolan sibuk mengerjakan tugas kemanusiaan menolong orang tercebur sumur, sejumlah

Bakri Lebih Kaya dari Nabi Sulaiman

Surya, Sabtu, 15 Desember 2007 Lupa tahun berapa. Pak Harto masih berkuasa. ABRI dan Golkar sedang kuat-kuatnya. Menteri Agama waktu itu Pak Tarmidzi Taher, Pangdam Jatim Pak Hartono Banyuanyar Madura, Gubernur Jatim mungkin Pak Basofi Sudirman. Seingat saya ketiga beliau hadir di BPPM Pondok Gontor Ponorogo siang itu bersama Bambang Tri Hatmojo boss Bimantara. RCTI meliput acara itu untuk siaran tunda, dipimpin langsung oleh direkturnya: Andy Ralli Siregar. Waktu itu RCTI masih sempit wawasan dan pengalaman pasarnya, sehingga menyangka saya dan KiaiKanjeng layak tayang. Kesempitan wawasan itu segera dibayar dengan pernyataan pengunduran diri sang Direktur hanya beberapa puluh menit sesudah saya dan KiaiKanjeng naik panggung. Pasalnya, beberapa menit saya di panggung, saya dikasih kertas kecil berisi peringatan agar saya hati-hati bicara terutama karena ada anaknya Pak Harto. Maka saya benar-benar sangat berlaku hati-hati. Saya mengangkat tangan kiri dengan hati-hati, tel

Tidak. Jibril Tidak Pensiun

Hanya kualitas sorang Nabi yang sanggup me­nampung wahyu, dan Allah memang hanya berkenan memberikan wahyu kepada beliau-beliau yang terpilih. Sampai akhirnya Muhammad si Pamungkas. Selebihnya hanya ada wahyu kraton: suatu tema drama politik. Maka anak-anak suka bersenda gurau bahwa Jibril sejak abad VII Masehi itu jadi penganggur. Pensiun abadi. Ada yang mebantah dengan mengemukakan bahwa Jibril tetap being employed karena para wali atau orang-orang dengan 'radar suci' setingkat mereka tetap menerima karomah, sementara orang-orang biasa kayak kita tetap juga memperoleh ilham. Tidak, kata yang lain. Untuk takaran di bawah wahyu tak diperlukan Jibril. Untuk pekerjaan-pekerjaan kecil begitu Allah tak memerlukan organisasi birokrasi, tukang-tukang pos atau agen penyalur. Allah bisa cukup bilang Kun (fa-yakuun) untuk ke­pentingan apa pun saja. Alangkah samar pembicaraan semacam ini. Tak ada kerangka metodologi penelitian model manapun yang bisa menyentuhnya. Tak tersed

Mungkin kita bisa menapak ke depan

Mungkin kita bisa menapak ke depan Menguak kabut itu bersamamu, menata kembali ruang Sambil terus berunding dengan waktu. Dan badai. Tentu, badai itu pasti menyongsong Tapi coba kita lunakkan, kita lembutkan Dengan sabar dan shalat Kemudian atas kerjasama yang baik dengan Tuhan Kita mohonkan agar tantangan itu diperkenankan Menjelma jadi rahmat dan kegembiraan Jaman yang berganti-ganti dan tak masuk akal Perjuangan berputar-putar, tak jelas maju mundurnya Topeng-topeng berubah-ubah, tak tahu mana ujungnya Memberiku kewajiban kemakhlukan, kewajiban persaudaraan Kewajiban sesamawarga suatu negeri Sesama anggota suatu masyarakat. Terlebih-lebih karena kewajiban cinta uluhiyah dan kemesraan kemanusiaan Membuatku terpojok dan berpikir untuk menapak ke depan Bersamamu. Tapi mungkin juga tidak Segala sesuatunya bergantung pada ketetapan hatimu Aku akan membisikkan sesuatu ke telingamu Akau akan langkahkan kaki dan gerakkan tanganku bersamamu Bisikan pertama sebelum bersama kita t

Buron dan Kambing Terjepit

SINDO, Jum'at, 07/12/2007 "CAK,aku bukan buron.Semua kewajiban saya kepada keuangan negara sudah saya bayar. Bersama ini saya kirimkan berkas-berkas data yang membuktikan hal itu. Saya numpang hidup sementara di luar negeri memang karena saya lari, tetapi bukan lari sebagai buron, meskipun pengetahuan publik terhadap saya adalah buron." "Saya lari dari para pemeras, dari mereka yang berlagak menegakkan hukum, tetapi sesungguhnya mengail di air keruh. Memeras kami sekeluarga terusmenerus, dari hari ke hari, siang dan malam. Aku lemah, sekarang istri saya yang menghadapi pemerasan-pemerasan itu tiap hari." "Kalau Pak Presiden menjamin bahwa saya, keluarga, dan perusahaan-perusahaan saya aman dan terlindung dari tindak pemerasan para pagar pemakan tanaman, sekarang juga saya balik ke kampung halaman.Karena meskipun potongan dan wajah saya tidak memenuhi syarat citra nasionalisme,tetapi saya cinta Indonesia.." "Cak,Pasar Turi terbakar seb

Bangbang Geni

Surya, Sabtu, 08 Desember 2007 Jaringan Bangbang Wetan yang di Jakarta, yakni Komunitas Kenduri Cinta, beberapa hari yll saya mintai tolong mensupport kegiatan Urban Poor Concortium antara 5 sd 10 Desember ini. Mereka ingin Presiden hadir berdialog dengan kaum miskin urban Jakarta yang mereka kumpulkan. Tetapi Wardah Hafidh, pimpinan UPC, baru menghubungi kami awal Desember. Bagaimana mungkin Presiden "didadak". Tetapi tetap saya upayakan dan teman-teman KC bergerak dari level dan wilayah mereka. Bagi saya inisiatif itu sangat menarik. UPC tergolong LSM besar dan sudah lebih 10 tahun menemani masyarakat miskin perkotaan. Saya tidak akan menilai apa-apa tentang LSM, tetapi Wardah dan UPC yang selama ini dikenal frontal dan radikal secara politik menghadapi pemerintah, terutama Pemerintah DKI: menarik untuk ditengok bahwa mereka membuka dialog dengan Presiden. UPC percaya kepada dialog, kepada komunikasi, perundingan, perdebatan - tak hanya berjuang dengan menganda

Mensurabayakan Surabaya

Surya, Sabtu, 24 November 2007 Calon kelas menengah Indonesia, anak-anak muda intelektual dari berbagai kampus Surabaya, angkatan muda bernacam segmen 'swasta' yang dimotori oleh Jam'iyah Maiyah, juga sejumlah stake-holders, aktivis birokrasi dan aktivisme sosial, sedang melakukan pendadaran diri melalui wadah Bangbang Wetan, untuk pada saatnya benar-benar siap menjadi "kelas perubah sejarah" Indonesia. Tahap-tahap sangat penting sedang mereka tempuh. Pertama memastikan mengukuhkan kepribadian dan kediriannya sebagai manusia, sebagai pengolah metoda Agama dan ilmu-ilmu mutakhir, sebagai rakyat Indonesia. Rakyat berasal dari kata ro'iyah = kepemimpinan. Rakyat bukan kawula atau abdi. Rakyat adalah pemegang rohani kepemimpinan yang dipatuhi oleh Pemerintah dalam konteks dan skala Negara. Pemerintah adalah abdi atau kawula, yang dilantik oleh otoritas kepemimpinan rakyat, dikasih tempat bekerja memenuhi amanat rakyat, diberi upah, fa

Indonesia, Dauri, Buto Kempung

Betapa tak terhitung jumlah bahasa di negeri kita, sehingga betapa rawan pula itu semua dari disinformasi dan diskomunikasi. Bahasa Indonesia saja ada tiga macam: bahasa Indonesia yang baik, yang benar dan yang enak. Berapa puluh ribu pula bahasa etnik, dengan ratusan ribu macam dialeknya. Bahasa Indonesia yang seolah-olah merupakan bahasa kesatuan itu terbagi lagi menjadi bahasa politik, bahasa birokrasi, bahasa hukum, bahasa dagang, bahasa ilmuwan, bahasa seniman, bahasa artis, bahasa pasar, bahasa wadam, bahasa preman, juga bahasa prokem yang juga punya unikum sendiri-sendiri di setiap daerah - ditambah lagi berkembang secara dinamis dari generasi ke generasi. Ambil satu contoh: bahasa preman. Itupun harus dikhususkan segmentasinya, sebab kode-kode bahasa preman di Medan lain dengan Makassar atau daerah lainnya. Preman, Gali, Jeger.Kita ambil saja jaringan yang berasal dari Jawa Timur dan Jawa Tengah - yang wilayah operasinya sampai meluas, bahkan di Jakarta mem

ANTARA TIGA KOTA

di yogya aku lelap tertidur angin di sisiku mendengkur seluruh kota pun bagai dalam kubur pohon-pohon semua mengantuk di sini kamu harus belajar berlatih tetap hidup sambil mengantuk kemanakah harus kuhadapkan muka agar seimbang antara tidur dan jaga ? Jakarta menghardik nasibku melecut menghantam pundakku tiada ruang bagi diamku matahari memelototiku bising suaranya mencampakkanku jatuh bergelut debu kemanakah harus juhadapkan muka agar seimbang antara tidur dan jaga surabaya seperti ditengahnya tak tidur seperti kerbau tua tak juga membelalakkan mata tetapi di sana ada kasihku yang hilang kembangnya jika aku mendekatinya kemanakah harus kuhadapkan muka agar seimbang antara tidur dan jaga ? Emha Ainun Najib (PmbNetDok)

Indonesia Tak Ada Masalah

Koran SINDO, Jum'at, 30/11/2007 KEMARIN saya berbicara di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) dalam sesi bersama Dewi Fortuna Anwar dan Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad. Tema yang diangkat adalah pengefektifan otonomi daerah untuk meningkatkan ketahanan nasional. Sudah pasti ini bukan bidang saya. Undangan ini termasuk "tersesat". Dewi Fortuna dengan sangat artikulatif dan ilmiah mengemukakan pemikiran-pemikirannya, dialektis makro dan mikro, sangat penuh disiplin karena dia berasal dari habitat BJ Habibie. Fadel bercerita tentang pokok pengalamannya 6 tahun menjadi gubernur dalam hal yang terkait dengan tema. Paparannya sangat nyata, sejumlah rekomendasi dia kemukakan tidak berasal dari pemikiran, tetapi dari pengalaman nyata. Sejak awal mendapat undangan saya sudah mengalami kebingungan.Sudah beberapa tahun ini saya berkeliling ke daerah-daerah dan umumnya diundang oleh pemda provinsi, kotamadya atau kabupaten, sendirian atau bersama Kiai Kanjeng, sehin