Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2007

KETIKA ENGKAU BERSEMBAHYANG

Ketika engkau bersembahyang Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan Partikel udara dan ruang hampa bergetar Bersama-sama mengucapkan allahu akbar Bacaan al-fatihah dan surah Membuat kegelapan terbuka matanya Setiap doa dan pernyataan pasrah Membentangkan jembatan cahaya Tegak tubuh alif-mu mengakar ke pusat bumi Ruku' lam badanmu memandangi asal-usul diri Kemudian mim sujudmu menangis Di dalam cinta Allah hati gerimis Sujud adalah satu-satunya hakikat hidup Karena pejalanan hanya untuk tua dan redup Ilmu dan peradaban takkan sampai Kepada asal mula setiap jiwa kembali Maka sembahyang adalah kehidupan ini sendiri Pergi sejauh-jauhnya agar sampai kembali Badan diperas jiwa dipompa tak terkira-kira Kalau diri pecah terbelah, sujud mengutuhkannya Sembahyang di atas sajadah cahaya Melangkah perlahan-lahan ke rumah rahasia Rumah yang taka ada ruang tak ada waktunya Yang tak bisa dikisahkan kepada siapa pun juga Oleh-olehmu dari sembahyang adalah sinar wajah Pancaran yang tak terumuskan ole

Sang Maha Penganugerah

Apa alasanku untuk durhaka kepada-Mu, Allahku Di malam dan siang telingaku mendengar desir lembut suara malaikat-Mu yang mendendangkan nyanyian-Mu yang melezatkan jiwaku Di siang dan malam mripatku menyaksikan rahmat-Mu bertaburan dari langit beribu penjuru. Jika Engkau bukan Sang Maha Tanpa Pamrih pastilah bangkrut aku Jika atas segala anugerah-Mu harus kupersembahkan balasan, maka tiadalah yang akan mampu aku persiapkan. Segala yang tergenggam di tanganku adalah milik-Mu, bahkan tak juga kumiliki diriku sendiri, karena Engkaulah Maha Empunya semuanya ini. Maka jika kupasrahkan seluruh jiwa ragaku bukanlah aku memberikan sesuatu kepada-Mu, melainkan sekedar menyampaikan hak-Mu. Dan jika aku memberikan sesuatu kepada keluargaku, kepada para tetangga dan sekalian orang di dalam jangkauanku, tak lain itu hanyalah menyalurkan milik-Mu, agar sampai pada akhirnya ke haribaan-Mu. Apa alasanku untuk durhaka kepada-Mu, Allahku Engkau Maha Memberi, tanpa meminta: aku lah yang membutuhkan penyer

CAHAYA AURAT

Ribuan jilbab berwajah cinta Membungkus rambut, tubuh sampai ujung kakinya karena hakekat cahaya Allah Ialah terbungkus di selubung rahasia Siapa bisa menemukan cahaya? Ialah suami, bukan asal manusia JIka aurat dipamerkan di koran dan di jalanan Allah mengambil kembali cahayaNya Tinggal paha mulus dan leher jenjang Tinggal bentuk pinggul dan warna buah dada Para lelaki yang memelototkan mata Hanya menemukan benda JIka wanita bangga sebagai benda Turun ke tingkat batu derajat kemakhlukannya Jika lelaki terbius oleh keayuan dunia Luntur manusianya, tinggal syahwatnya (Emha Ainun Najib)

Kita Para ”Indon”

Koran SINDO, Jum'at, 23/11/2007 TIGA pekan lagi, 14 Desember, saya akan sediakan panggung-panggung untuk beberapa penyair PENA Malaysia di Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki. Besoknya saya ajak ke acara Komisi Yudisial, ada Rendra,Taufiq Ismail,M Sobary,Kiai Kanjeng, dll di sana. Besoknya lagi saya coba koordinasikan dengan Taman Budaya Yogya. Besoknya sesudah itu di padangbulanan Yogya ”Mocopat Syafaat”Yogya. Kemudian sudah saya pesan kerja sama dengan Fakultas Sastra Unair dan Bengkel Muda Surabaya. Justru karena Indonesia dan Malaysia sedang tak enak hati. Orang Indonesia uring-uringan soal ”Rasa Sayange”, ”Reog”, ”Batik”, dll. Malaysia dianggap ‘ngelunjak’, ang kuh, merendahkan, bahkan semua warga kita yang di Malaysia kebal dengan sebutan ”Indon”. Malaysia sendiri juga punya perasaan yang sama. Heran kenapa Indonesia marahmarah. Pejabat-pejabat di sana mengeluh bahwa pers Indonesia terlalu membesarbesarkan masalah. Seorang anak muda, dalam acara ”Kongres Budaya Serum

AMBIL SI PENARI, UNTUKKU TARIANNYA

Dzu Walayah membawaku mengembara.Telah berulangkali kukunjungi tempat-tempat itu, namun bersamanya menjadi berubah cara berjalanku serta menjelma baru mata-pandangku.Kuajukan kepadanya beribu-ribu pertanyaan seperti Ibrahim menggalah beribu-ribu bintang, kureguk jawaban-jawabannya yang mesra bagai anak kambing menyusu putting induknya.Namun tentang satu hal, Dzu Walayah selalu menghindar, ialah tentang wihdatul wujud, Allah dengan hamba-Nya manunggal.Tatkala kami duduk-duduk istirah di tepian pantai, ia meminta - "Ambil seciduk dua ciduk air samudera untukmu, sisakan ombaknya berikan kepadaku."Ketika di malam hari aku merasa kedinginan oleh hembusan angin yang amat kencang, ia lepaskan kain sarungnya dan berkata - "Pakailah ini untuk selimutmu, tapi helai-helai benangnya biarlah untukku."Dan ketika di lapangan pojok dusun itu bersama-sama kami menyaksikan acara tayuban yang riuh rendah oleh musik, teriakan dan birahi, Dzu Walayah menggamit pundakku - "Pergilah

Gerakan Majnun Internasional

Surya Online, Saturday, 17 November 2007 Kita catat dulu catatan para penjajah internasional jenis mutakhir: Kita adalah kekuatan yang invisible. Organisasi, institusi dan individu-individu di negara-negara jajahan kita bikin secara tidak sadar bekerja untuk kepentingan kita. Tujuan kita yang sebenarnya tidak boleh diketahui oleh mereka, dengan membikin mereka justru merasa melawan kita, padahal sedang menjalankan desain-desain. Aktor-aktor yang menjalankan program internasional kita bukan orang-orang kita, melainkan tokoh dan aktivis masyarakat negara jajahan, seluruh agen polisi internasional, bankers, industrialis, ekonom, politisi, termasuk public figure, pemimpin-pemimpin informal. Mereka sangat penting karena mereka menjalankan sekaligus melindungi kita, sambil meyakini bahwa mereka sedang melawan kita. Kita dorong semangat dan egoisme mereka dan kebutuhan mereka untuk sukses. Padahal mereka tak lebih bagaikan macan dengan jiwa domba karena mereka tidak

Peran Narkoba dalam Pembangunan

Seputar Indonesia, Jum'at, 16/11/2007 DI kedua lengan tangan bawah saya bagian dalam terdapat sejumlah goresan kecil-kecil yang kayaknya nggak bisa hilang. Orang yang meliriknya normal kalau menyimpulkan itu bekas luka-luka suntikan narkoba, tanpa bisa menemukan alasan apa pun untuk menggeremeng di dalam hatinya kenapa orang macam saya pasti bebas dari narkoba. Luka-luka itu berasal dari praktik Ilmu Hijamahnya Rasulullah SAW yang di Jakarta terkenal dengan aplikasi nama ”bekam”. Seharusnya ujung jarum ditutul-tutulkan secara sangat hati-hati dan peka sehingga kedalaman tusukan itu tak boleh lebih dari 0,4 mm sebagaimana teknik tusukan dan hisapan lintah. Tetapi karena pelakunya kecapaian, yang dia lakukan atas tangan saya bukan tutulan, melainkan goresan. Semacam malapraktik kecil-kecilan yang menguntungkan saya karena memperoleh rahmat seumur hidup untuk disangka orang pemakai narkoba. Setiap hari, terutama ketika

Peran Narkoba dalam Pembangunan

Koran SINDO, Jum'at, 16/11/2007 DI kedua lengan tangan bawah saya bagian dalam terdapat sejumlah goresan kecil-kecil yang kayaknya nggak bisa hilang. Orang yang meliriknya normal kalau menyimpulkan itu bekas luka-luka suntikan narkoba, tanpa bisa menemukan alasan apa pun untuk menggeremeng di dalam hatinya kenapa orang macam saya pasti bebas dari narkoba. Luka-luka itu berasal dari praktik Ilmu Hijamahnya Rasulullah SAW yang di Jakarta terkenal dengan aplikasi nama ”bekam”. Seharusnya ujung jarum ditutul-tutulkan secara sangat hati-hati dan peka sehingga kedalaman tusukan itu tak boleh lebih dari 0,4 mm sebagaimana teknik tusukan dan hisapan lintah. Tetapi karena pelakunya kecapaian, yang dia lakukan atas tangan saya bukan tutulan, melainkan goresan. Semacam malapraktik kecil-kecilan yang menguntungkan saya karena memperoleh rahmat seumur hidup untuk disangka orang pemakai narkoba. Setiap hari, terutama ketika mandi, selalu terpandang goresan-goresan itu sehingga selalu juga saya i

TUHAN SAYANG YA TUHAN SAYANG

tuhan sayang ya tuhan sayangtiada yang kami ikuti dalam perjalanankecuali engkau maha penabur pengetahuantuhan sayang ya tuhan sayangdi siang hari yang berselimut kegelapanbersabarlah mendengar kami yang kebingunganbertanya apa yang sesungguhnya engkau inginkanmenyeret kami ke persimpangan jalankemudian engkau pergi meninggalkanengkau wariskan alamberita tentang pengembaraandan teka-teki yang sialantuhan wahai kekasih hatiselain rumahmu tiada tempat kembalikami harus tempuh perjalanan iniabad-abad teramat panjangkami berebut makan, berselisih pahammerawat dendam dan peperanganmana gerangan jalan yang benar?tumpah berbagai ideologi besaryang membuat wajah kami sendiri memarmaka kekallah pertengkaranpada setiap jalan dibikin gang-gangyang terakhir di kebuntuansemua hendak memimpin di depanmaunya duluan mengenyam makanantak bersedia ketlingsut di ekor barisansemua ngebet disebut pahlawanhendak jadi nabi diam-diamatau bapak yang dimonumenkanadapun lusa akan habis hutan ditebangbumi dikuras

Bukan Hanya Milik Kematian

Kalau ada orang meninggal, kita ucapkan inna lillahi wa inna ilaihi roji'un. Sesungguhnya kita semua ini milik Allah dan pasti kembali hanya kepadaNya, mustahil bisa balik ke yang selain Allah.Dan karena manusia itu penuh kelemahan, gampang terjebak oleh slogan dan mudah dikelabuhi oleh rutinitas - maka kita sering lupa bahwa kalimat itu tidak hanya berlaku untuk kesadaran tentang kematian, melainkan terutama juga merupakan dasar ilmu dan sikap terhadap kehidupan.Maka hanya tatkala berjumpa dengan realitas maut, kita baru ngeh bahwa semua ini milik Allah.Dalam kehidupan sehari-hari kita begitu yakin dan mantap bahwa kita memiliki sesuatu, punya modal, memegang hak milik atas tanah, kekuasaan dlsb.Dan untuk itu kita bikin kompetisi ekonomi dan karir politik, perang dan kapitalisasi senjata, perlombaan properti dan aksesori budaya, atau mengunyah mode demi mode kebudayaan sampai air liur kita meleleh-leleh.Padahal teknologi tercanggih di abad 500 kelakpun tak akan sanggu

NABI MEMBAKAR MASJID

fw from Surya, Sabtu, 10 November 2007 Rasulullah Muhammad SAW pernah memerintahkan sejumlah petugasnya untuk membakar sebuah masjid, karena beliau menemukan bahwa kecenderungan pada Takmir Masjid dan komunitas yang melingkupinya membuat Masjid itu lebih merupakan tempat hipokrisi dan kemunafikan, dengan berbagai manipulasi dan kemunkaran, sehingga adanya Masjid itu lebih menimbulkan mudharat lebih besar dibanding manfaatnya. Coba ambil pelajaran, satu poin saja dulu, dari kejadian itu. Misalnya, tidak bisa kita memahaminya dengan pola pandang modern dengan sistem dan konstitusi kenegaraan seperti yang kita anut sekarang.Di zaman kepemimpinan Rasulullah di Madinah, beliau adalah pusat keadilan,pusat nurani, pusat kebenaran, yang dipercaya. Orang percaya kepada beliau sepenuhnya, sehingga diridhai orang banyak untuk menjadi pusat pengambilankeputusan. Rasulullah bisa disebut diktator atau otoriter andaikata beliau tidak dipercaya rakyat, serta apabila beliau memaksakan suatu keputusan y

Mencekik Orang Sesat

fwd from Koran SINDO, Jum'at, 09/11/2007 DALAM wacana sejarah umat manusia, yang saya tahu hanya ada satu orang yang melakukan tindakan kriminal, bahkan pembunuhan, yang tanpa kausalitas sosial dan tidak dalam situasi peperangan-namun dilegitimasi sebagai kebenaran,bahkan oleh Tuhan.Ialah Nabi Khidhir, salam Allah untuknya.Pernah bersama Kiai Kanjeng saya ngrasain duduk di tempat Nabi Musa duduk uzlah bertapa, puncak Gunung Tursina atau Jabal Musa,8 jam perjalanan dari Gereja Catherine, naik dua kali separuh lingkaran gunung, baru tancap ke puncak pengembaraan murid Khidhir itu.Tak ada alinea untuk mengisahkan dahsyatnya gunung itu serta peristiwa amat monumental yang pernah dikandungnya antara Musa dengan Allah sendiri.Tetapi intinya, di puncak gunung itu, sesudah Musa dipingsankan oleh Tuhan gara-gara tak sanggup memandang wajah- Nya, ia diperintah turun gunung kemudian jalan kaki sejauh sekitar 1.300 km agar berjumpa dengan Kanjeng Khidhir, calon profesornya.Panjang cerita tenta

Sumpah Nusantara

fwd from Koran SINDO, Jum'at, 02/11/2007 SUMPAH itu terjadi karena bertemunya dua hal.Pertama,adanya sesuatu yang mungkin buruk, negatif, darurat atau apa pun, tetapi pasti ia harus ditinggalkan, dilenyapkan, dihindari, diakhiri atau diubah total.Kedua, adanya kesadaran seseorang,suatu kelompok atau suatu masyarakat tentang hal itu. Kita terjebak dalam pemakaian narkoba yang, kalau kita teruskan, goal-nya adalah kematian. Masih tersisa kesadaran tentang hal itu sehingga kita mengambil satu tindakan terhadap diri kita sendiri: bersumpah untuk mengakhiri. Tidak bisa Belanda bercokol terus menguasai kita.Sudah berpuluh generasi membiarkan dirinya lemah ditimpa hal itu, tapi kita generasi 1920-an bertekad tidak meneruskan kelemahan dan keterkuasaan itu. Maka anak-anak muda melahirkan Sumpah Pemuda 1928. Generasi muda 2007-an juga menemukan bahwa kita sama sekali tidak mungkin meneruskan kehidupan berbangsa dan bernegara yang kayak gini. Bangsa kita bangkrut total dan hampir tak tersisa

Raja, Ratu dan Buto

Adakah di antara Anda yang merasakan, menyadari atau setidaknyamengasumsikan bahwa banyak hal yang sedang menjadi pengalaman kolektifmasyarakat kita dewasa ini -- diam-diam ada kaitannya dengan idiom-idiom'raja', 'ratu' dan 'buto'? Marilah sesekali berpikir jernih dan tolong kerahkan akal pikiranserta segala spektrum keilmuan Anda -- untuk menjawab pertanyaan: apakahdi penghujung abad 20 ini masih ada raja, ratu, atau buto? Kalau kita berpikir formal, tak ada raja, apalagi ratu. Tapikalau berpikir substansial atau essensial: kita-kita ini adalah raja,adalah ratu, juga adalah buto. Kita mungkin raja atas bawahan-bawahan kita. Kita raja di rumah,di lingkungan kantor, atau mungkin di mana saja kita berada.Sekurang-kurangnya kita secara alamiah (dan diperkembangkan oleh tradisipengalaman sosial) memiliki potensialitas untuk cenderung menjadi'raja', yang sadar atau tak sadar, kita terapkan di setiap kosmosketerlibatan sosial kita.